View Rute Travel Surviving II in a larger map


Mengenang kesuksesan kegiatan TRAVEL SURVIVING, kini Saka Bakti Husada Ranting Sambas kembali melakukan gebrakan, dengan melanjutkan TRAVEL SURVIVING menjadi II.Pertama-tama banyak anggota yg merasa tidak punya kepastian untuk ikut atau tidak, karena terus-terang, kegiatan ini sangatlah menguras tenaga, melelahkan, dan capek sekali.Tetapi, dari semua halangan tersebut, bagi mereka yg sudah pernah mengikuti, pasti tau makna yg tersirat dari kegiatan semacam ini, terutama aku pribadi, selain membuang waktu, terutama karena alasan pekerjaan, juga membuang tenaga, tetapi akhir dari semua penderitaan tersebut sangatlah sesuai dgn nilai-nilai yg kudapatkan, yaitu pengalaman yg tidak dapat dibeli dimanapun, mungkin bagi anggotaku yg membaca tulisan ini sependapat denganku, tetapi bagi mereka yg tidak tau, pasti jawaban mereka "DASAR GILA, KURANG KERJAAN YA!!!!!"

OK, sekarang, akan kuperjelas makna dari TRAVEL SURVIVING itu sendiri, yg bermaksud sebuah perjalanan jauh dan cukup panjang, dilaksanakan selama 4 hari 3 malam, menyusuri sepanjang sungai, (yg dimaksud disini adalah sungai Sambas kecil, dan sungai Sambas besar).

In the middle of nowhere

Dalam perjalanan tersebut, tidak dilakukan survey  apapun, seperti survey lokasi yg ingin dilalui, rest point,
dan lain sebagainya, tidak ada persiapan-persiapan teknis seperti kegiatan-kegiatan yg lain, tidak ada urusan birokrasi apalagi izin kepada aparat setempat atau sebagainya, yg ada hanyalah sebuah perjalanan, dimulai pagi hari, kemudian apabila sudah sampai sore, perjalanan dihentikan  untuk istirahat, dan mendirikan tenda serta bermalam ditempat tersebut, kemudian mengatur perijinan kepada aparat Desa serta penduduk setempat dan membaur bersama masyarakat. Istimewanya, semua dilakukan oleh para anggota, tidak ada campur tangan dari kami, sebagai Pembina mereka.

Kegiatan ini sudah di agendakan sejak angkatan 15 dibentuk, dan rute tersebut merupakan opsional dari 2 buah rute yg kami rencanakan tahun lalu. Sesuai agenda, kegiatan Travel Surviving II dilaksanakan pada tanggal 21 ~ 24 Maret 2010, bertepatan Ujian Akhir Nasional tingkat SLTA, yang mana pada tanggal tersebut, seluruh siswa SLTA libur semua selama 1 minggu, begitu juga para anggota Saka Bakti Husada Ranting Sambas.Cukup disayangkan, bagi mereka anggota yg sekarang berada dikelas III, tidak bisa mengikutinya, dikarenakan ujian tadi, mau gimana lagi ya, kasihan mereka!!!!

Kemudian untuk masalah peserta, sesuai dengan dugaanku, pasti sedikit yg ikut, karena selain bermodal tekad dan kemauan, pastinya kondisi fisik harus mengijinkan, dan tidak lupa restu dari orang tua mereka, jika tidak, pasti tidak bisa ikut. Ternyata benar dugaanku, jumlah peserta yg ikut dari SBH Ranting Sambas pas-pasan, 6 Putra dan 6 Putri, lumayanlah, daripada ngga ada sama sekali.Untuk peserta Putra, terdiri dari 1 anggota senior angkatan IX, 1 anggota senior angkatan XIV, 3 anggota angkatan XV, dan 1 calon anggota.
Untuk Putri, terdiri dari 5 anggota dari angkatan ke XV, dan 1 calon anggota.

Sweat Nesting

Tidak sampai disitu saja, kami mendapat tamu dari Kecamatan Sajad, yang mana mereka ingin membentuk Ranting Saka Bakti Husada disana, karena pelopor mereka merupakan anggota angkatan ke XV yang berdomisili di Kecamatan tersebut, dan meminta kepadaku untuk membimbing mereka.Lalu ku usulkan agar mereka ikut andil dalam kegiatan ini, untuk mengenal apa itu Saka Bakti Husada secara lebih dekat, dan Alhamdulillah, mereka setuju untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan ini, untuk pesertanya lumayan juga, terdiri dari 7 Putra dan 4 Putri.

Jadi sekarang pesertanya berjumlah 13 orang anggota Putra dan 10 orang anggota Putri, ditambah 2 orang Pembina, yaitu aku sendiri dan seorang rekanku, jadi total keseluruhan adalah 25 orang.Angka yg cukup menggembirakan, dibanding Travel Surviving yg pertama, yg hanya berjumlah 11 orang saja.

Untuk memulai kegiatan tersebut, pastinya diadakan pertemuan yg membahas tentang kegiatan ini, kebetulan para siswa SMA di Sambas sedang libur pada hari senin waktu itu, lalu mereka membuat acara disalah satu rumah rekan mereka di Desa Tumuk Manggis, kesempatan yg cukup baik, lalu kumanfaatkan utk pertemuan singkat membahas kegiatan ini, lalu ku undang para peserta dari Kecamatan Sajad untuk ikut menghadiri rapat tersebut.

 Sengaja dilaksanakan sewaktu mereka bikin acara, karena aku tidak memiliki waktu yg lain, terlalu sibuk untuk pertemuan dan lain sebagainya, selain itu juga, bisa mempererat  ikatan antara anggota SBH ranting Sambas dan Sajad, karena siapapun tau, kalo acara yg terlalu formal bisa membuat seseorang menjadi terlalu kaku, kalau acara makan-makan seperti ini, pasti akan lebih dekat dan terasa kekeluargaannya.

Dalam pertemuan tersebut, semua permasalahan tentang kegiatan Travel Surviving dibahas, mulai dari persyaratan, perlengkapan, konsumsi, keuangan, keperluan pribadi hingga kemasalah kecil dan sepele pun di bicarakan disini, karena tidak menutup kemungkinan, bahwa hal sepele tersebut bisa menjadi besar kalau salah dalam menanganinya.Begitu semua sudah yakin siap, akhirnya rapat ditutup dengan keputusan kegiatan yg dilaksanakan mulai hari Minggu, tanggal 21 Maret 2010.

Terhanyut dalam perjalanan

Singkat cerita, Dimulailah perjalanan ini, peserta dikehendaki untuk kumpul di Puskesmas Sambas pada pukul 07.00 WIB pagi, namun tidak sesuai dengan yg diharapkan, karena yg datang masih sedikit, mau tidak mau harus menunggu lagi.Kemudian ada sebuah pesan masuk yg mengabarkan kalau peserta dari Sajad agak terlambat, karena transportasi air yg mereka gunakan baru melewati Dusun Keranji.Waktu sudah menunjukkan puku 07.20 WIB, sudah melewati death line yg kutetapkan.Peserta sudah mulai ramai, kemudian tinggal menunggu peserta dari Sajad saja lagi.Begitu waktu memasuki pukul 07.25 WIB, salah satu rekanku yg bertindak sebagai Pembina Upacara pelepasan sudah datang.Semua peserta serentak disiapkan, kemudian tidak lama waktu berselang, peserta dari Sajad pun datang, tanpa dikomandoi lagi mereka langsung masuk ke barisan untuk melaksanakan upacara.

Tepat pukul 07.30WIB, upacara pun dilaksanakan, selang 15 menit kemudian, upacara berakhir.Kemudian kuperintahkan untuk memeriksa perlengkapan semuanya, selesai pemeriksaan, mereka kembali diarahkan untuk mengganti pakaian lapangan, dan memberi kesempatan kepada peserta untuk sarapan.Nampak kesibukan mereka yang dimulai dari ganti baju, beli minuman, packing bawaan, hingga yg sarapan, begitu juga aku dan rekanku, kami bertiga segera ke rumah makan terdekat untuk sarapan seperlunya.


Persiapan Upacara Pelepasan

Selesai kami sarapan, segera mereka diperintahkan untuk  mengatur barisan kembali, dengan dikomandoi oleh salah seorang anggota yg senior, perjalananpun segera dimulai.Setelah dirasa yakin untuk memulai perjalanan, rombonganpun dilepas oleh rekanku, dan begitu juga aku dan seorang rekanku, menyusul barisan dari belakang.Belum jauh berjalan, tersentak dibenakku mengenai obat-obatan, jangan-jangan mereka lupa membawanya.Lalu kupanggil anggota senior angkatan XIV, dan kutanyakan perihal obat tersebut, ternyata benar dugaanku, obat tidak dibawa, masih berada dirumah salah satu rekan seangkatannya.Kemudian dihubungilah salah satu rekan tersebut, yg kebetulan untuk Travel kedua ini tidak bisa ikut, setelah mendapat kepastian tentang perihal obat, lalu aku berjalan kembali mengejar barisan didepan, kemudian tepat di depan Pondok Pesantren Muhammad Basiuni Imran/ PPMBI, semua barisan disuruh berhenti untuk menunggu kedatangan obat.Kami istirahat diwarung, kebetulan aku sendiri belum membeli minuman utk perjalanan ini.

Tidak sampai 5 menit, akhirnya obatpun datang, namun ada masalah lain lagi, masih cukup banyak peserta yg belum membeli obat pencegah malaria, kebetulan anggota yg membawa obat tsb menggunakan motor, lalu kuperintahkan dia kembali untuk beli obat pencegah malaria kepasar.Perjalananpun dilanjutkan kembali, tidak sampai 500 meter, mereka kusuruh berhenti sejenak untuk menunggu kedatangan obat anti malaria.Kira-kira 10 menit berselang, anggota tsb pun datang dengan membawa obat anti malaria, kemudian kuperintahkan kepada semua peserta tanpa kecuali untuk meminum obat tsb, begitu juga aku dan rekanku.Setelah selesai, dan dirasa sudah siap semua, mereka kembali melanjutkan perjalanannya.Nampak kegembiraan dan semangat mereka dalam melaksanakan kegiatan ini, maklum, perjalanan baru 1 KM, belum apa-apanya.


Pelepasan Peserta

Sekarang kami sudah melalui jalan yg berada di Dusun Suka Ramai, kendala disini sebenarnya tidak ada, cuma teriknya matahari, yg cukup menyengat, karena waktu sudah memasuki pukul 09.47 WIB, dan terjalnya jalan pengerasan yg masih jauh dari kesempurnaan.Kira-kira 1 KM lagi kami akan memasuki persimpangan yg menuju ke hutan dan terus terang, aku pribadi belum pernah masuk kesini, jadi tambah seru dan bingung, semoga aja lancar, tidak ada kendala sama sekali.

Begitu memasuki persimpangan, terasa sejuk sekali, karena jalan setapak yg kami masuki ini memiliki banyak pohon yg cukup rimbun.Kami kembali bersemangat, perjalanan masih cukup jauh, menantang, dan penuh tanda tanya, tapi yg pasti, tetap dilanjutkan.Dengan berbekal sebuah kompas dan peta real time yg kuambil menggunakan Google Maps (seperti di atas), aku merasa cukup yakin, kalau rombongan ini tidak akan tersesat.

Setelah melalui rumah penduduk yg terakhir, kami sekarang benar-benar sudah lepas dari pemukiman, 15 menit meninggalkan pemukiman, akhirnya rombongan kuminta untuk berhenti, karena sejak dari tadi belum berhenti sama sekali untuk istirahat.

Peserta diistirahatkan selama 20 menit, toleransi waktu yg kurasa cukup untuk aku melakukan pointing arah  mana yg bakal kami lalui.Selesai pointing menggunakan kompas dan peta, kemudian peserta sudah mulai bergerak kembali, sesuai petunjukku, mereka mulai memasuki perkebunan karet, sepanjang perkebunan karet ini, kami belum mengalami kendala yg cukup berarti, karena salah seorang peserta yg rumahnya berdekatan disini sudah pernah masuk ke wilayah ini, jadi tidak perlu risaulah.

Fun Gathering

Perjalanan semakin dalam dan jauh, tidak tau dimana keberadaan kami sekarang, dilihat ke atas, tidak ada yg nampak, hanya tebalnya perkebunan karet yg tidak terawat sama sekali, apalagi sekeliling kami.,tidak ada yg lain kecuali semak belukar.Kemudian rombongan melalui sebuah parit, lalu berhenti, lalu menurut anggotaku, yg pernah kesini, disinilah tempat terakhir yg pernah dijalaninya, setelah itu, dia tidak tau sama sekali.Untung dia masih tau, kalau sebelah kiri ini biasanya ada petani dari Dusun Semberang menuju kemari, lalu sebelah kanannya sudah pasti hutan.Aku berhenti, lalu mengeluarkan kompas dari sakuku, kemudian pointing arah, dan ternyata, tujuan yg ingin kami lalui mengarah ke kanan, setelah berbincang sedikit dengan rekanku, akhirnya kami putuskan utk membelok ke kanan, sesuai dgn arah tuju kompas.

Rombongan mulai berbelok ke kanan,kira-kira 10 menit berjalan, ada bekas jejak laluan, kupikir ini jejak yg baik, lalu rombongan diistirahatkan sejenak, sambil aku berlari jauh kedepan utk melihat kemungkinan-kemungkinan yg lainnya, setelah yakin, akupun kembali lagi menuju rombongan.Waktu menunjukkan pukul 10.49 WIB, sudah mulai siang nampaknya, beruntung, kami masih didalam hutan, jadi teriknya matahari tidak tembus dan menyentuh kulit kami.Mereka istirahat seperlunya, mengambil nafas lalu mempersiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan yg tidak pasti, tepat pukul 11.00 WIB, perjalananpun dilanjutkan menuju tujuan yg sudah ditargetkan, yaitu Desa Tengguli.


Semakin dalam perjalanan, semakin jauh dari bayangan kehidupan, benar-benar terlepas.Tidak satupun dari kami pernah melalui daerah ini, otomatis semua pasti merasa sedikit keraguan akan laluan yg kami lintasi ini, namun, kompas yg kubawa tetap mengarah ke titik yg sama, 40 derajat dari kutub utara, sebuah keyakinan dan pastinya sebagai jaminanku utk melanjutkan perjalanan ini, karena terus terang, pastinya kesemua peserta menggantungkan harapan mereka kepadaku, karena disini aku bertindak sebagai Leading Convoy.

45 menit berjalan tanpa henti, lalu kuperintahkan rombongan terdepan sekali utk mencari tempat yg layak untuk istirahat, setelah mereka temukan, rombonganpun diistirahatkan.Untuk sekarang, istirahatnya cukup lama, karena sekarang sudah menunjukkan pukul 11.45 WIB, jadi tidak disarankan utk melakukan perjalanan kembali ditengah-tengah hutan ketika tepat masuk waktu tengah hari.Percaya atau tidak, ntah itu mitos atau bukan, yg pastinya posisi kami cukup beresiko, dan aku pribadi tidak mau menempuh resiko tersesat didalam hutan tanpa arah tujuan yg jelas,  cuma gara-gara tidak percaya dengan takhyul atau mitos yg beredar dimasyarakat.


Florist Gals

Rombongan diistirahatkan hingga pukul 12.30 WIB, sambil istirahat dan makan bekal mereka masing-masing, kamipun mengisi waktu luang tersebut dengan baring dan bercanda, untuk menghilangkan rasa capek yg sangat terasa ini.

Begitu waktu istirahat selesai, rombongan kembali melanjutkan perjalanan menyusuri arah pointing kompas.Kira-kira 5 menit berjalan, akhirnya kami menemukan areal persawahan dan perkebunan.Jika ada persawahan, berarti tidak jauh dari areal tersebut pasti ada pemukiman penduduk.Sontak saja kami semua merasa sangat gembira, karena berhasil melalui kawasan semak dan hutan tadi.Walaupun teriknya matahari menyengat kulit kami, namun semangat peserta semakin berkobar untuk melanjutkan perjalanan ini.dengan posisiku sebagai Sweeper yg berada paling belakang sekali, secara simbolis aku mengucapkan selamat tinggal kepada hutan yg barusan kami lalui.

Namun, satu yg menjadi pertanyaanku, kenapa areal sawahnya kering, tidak terurus, dan rumputnya cukup tinggi, kemudian aku berasumsi pastinya areal ini sudah cukup lama ditinggalkan pemiliknya, dan bisa dipastikan kalau daerah ini masih jauh dari pemukiman warga.Namun aku tetap berpikir positif, karena sudah ada gambaran wilayah yg kami lalui, dan perkiraanku sudah masuk wilayah Dusun Semberang.

Lalu rombongan berbelok kekanan, sesuai dengan laluan persawahan yg kami ikuti, kemudian masuk kembali ke dalam areal perkebunan karet yg cukup luas.tidak ada laluan yg bisa dijalani, melainkan mengikuti setiap jejak yg digunakan oleh petani karet.Cukup lama kami didalam areal ini, mencari laluan yg pas serta arah yg tepat untuk menuju pemukiman penduduk yg kami cari.Namun, tetap saja perjalanan ini masih belum berakhir, dan rombongan berada tepat ditengah-tengah areal perkebunan yg tidak terawat ini.Rombongan kuperintahkan untuk istirahat, sambil mendiskusikan arah yg akan kami tempuh selanjutnya.

Setelah 10 menit istirahat, kemudian perjalanan dilanjutkan, dengan tetap berpandukan arah kompas yg 40 derajat tadi.Tanpa disengaja, rombonganpun berhasil menemukan sebuah parit yg cukup lebar, dan setelah diperhatikan, ternyata parit ini sudah diperbaiki menggunakan eskavator.Jika begitu, kesimpulannya berarti kami sudah dekat dengan pemukiman penduduk, namun apa yg terjadi??!!


Believe it or Not!!!
Rombongan malah mejauh menuju ke arah yg salah, aku mau mengejar tapi tidak sempat karena posisiku sebagai Sweeper yg berada paling belakang, mau tidak mau aku mengikuti juga sambil bergegas menyusul mereka yg didepan, beruntung mereka berhenti sejenak, lalu kutanyakan perihal kenapa mengambil arah yg salah, ternyata salah satu anggota senior angkatan IX berulah, karena menurutnya, kalau mau menuju ke Desa Tengguli, harus menuju ke titk 60 derajat kompas, sedangkan aku menggunakan 40 derajat, dan pastinya, kompas yg kugunakan berbeda dgn miliknya, bebas interfensi kinetik dan bahan metal, sedangkan yg digunakannya adalah kompas bidik pasaran yg tentu saja sangat mudah terpengaruh oleh goncangan dan magnetik dari metal.Setelah berdebat kecil, akhirnya rombongan kembali ketempat semula, tempat penyeberangan parit tadi yg semula sempat aku amati.

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.10 WIB, nampaknya cuaca kurang bersahabat, mendung sudah menyelimuti langit, udara sudah mulai terasa lembab, ciri-ciri hujan akan turun, kuarahkan rombongan utk segera berjalan menyusuri laluan yg ada.Kami sekarang benar-benar capek, mengejar waktu dengan ketersedian bekal yg sudah menipis, bahkan hampir sebagian peserta sudah kehabisan air minum.Aku merasa tidak tega, mengingat bekal minumku yg masih relatif aman, namun jika aku bagikan kepada mereka, pasti tidak cukup, atau bahkan bisa-bisa habis, jadi kudiamkan saja, semoga saja perjalanan ini tidak terlalu jauh lagi dari pemukiman penduduk.

Kemudian dari kejauhan para peserta didepan berteriak "(#1)ade limmau, ade limmau, udah masak agek e!!!!",

  Agen Limau

sontak saja aku kaget, setelah kulihat, benar saja, ternyata ada kebun jeruk didepan milik warga setempat, aku malah berpikir, mau gimana ya, mau diambil, pemiliknya ngga ada, tapi kami sangat perlu karena kehausan, tidak diambil, kasihan sama peserta, yg hampir kesemuanya kehausan, tidak ada pilihan lain, lalu mereka kuijinkan utk mengambil secukupnya utk melepas haus, tidak boleh banyak,  karena itu milik orang, tidak ada niat mau mencuri, tapi kami terdesak oleh keadaan, dan yg cukup bikin pusing, jeruknya sudah matang dan besar-besar lagi, wuihhh!!!!!.Hanya Tuhan yg tahu akan tindakan kami ini, apakah baik atau buruk, yg pastinya niat kami baik.

Tanpa kusadari ternyata hampir semua anggotaku sudah tidak ada lagi, dan mereka melanjutkan langkah kaki mereka yg kembali bertenaga setelah makan jeruk tersebut, tidak sampai 15 menit kemudian, terdengar suara pengajian dari sebuah surau yg cukup jelas, aku merasa cukup gembira, dan peserta didepan lebih gembira lagi, karena mereka berhasil menuju ke pemukiman penduduk.Akupun bergegas menuju pemukiman itu, dan begitu aku menginjakkan kakiku ke atas pelataran kayu ulin, aku bertanya-tanya, "ini kampung apa ya????"

  Show Off!!

Setelah berjalan sedikit, kamipun masuk ke pemukiman penduduk, lalu istirahat di sebuah surau yg berada di pinggir sungai, karena pemukiman ini berada disepanjang bibir sungai.Kupikir mungkin kampung ini masuk Dusun Semberang, serta merta di iya kan oleh peserta dari Sajad, dan tulisan di surau tersebut.Walau tidak sesuai dengan harapan, paling tidak kami sudah berhasil keluar dari hutan dan masuk ke pemukiman masyarakat, kemudian, tinggal menyeberang menggunakan perahu, lalu melanjutkan perjalanan kami menuju Desa Tengguli yg tidak jauh lagi.

Tidak lama waktu berselang, hujan pun turun, sesegera mungkin kami menyeberangkan para peserta menggunakan perahu milik masyarakat, 1 perahu berisi 4 orang, 3 orang diantar, 1 orang pendayung.Bergiliran bolak-balik sampai semua peserta berhasil meyeberang sungai.Hujanpun semakin deras dan lebat, kami sempatkan sejenak utk istirahat dirumah penduduk sambil menunggu hujan reda, waktu pun sudah menunjukkan pukul 14.46 WIB.

Tidak lama kemudian, suara Adzhan pun berkumandang, sudah masuk waktu sholat Ashar, tidak lama setelah itu, hujanpun berhenti, dan tanpa menyia-nyiakan waktu, kembali kami melanjutkan perjalanan yg tidak terlalu jauh lagi untuk dilalui.Setiap laluan yg ada kami masuki, kemudian menuju gang kecil yg menghubungkan jalan setapak dan jalan kecamatan, akhirnya berhasil juga menemui jalan raya, cuma yah, jalannya sangat becek dan berlumpur, karena masih dalam tahap pengerasan, beruntung cuma jalan kaki, kalo pake motor, aduh, kasian sama motornya!!!


Menyeberang

Jarak antara Dusun Semberang dengan Desa Tengguli tidaklah terlalu jauh, diperkirakan sekitar 3 KM saja lagi, langkah kami semakin cepat dengan di iringi canda dan tawa sepanjang jalan, namun, cuaca cukup bermurung, sepertinya tidak mau mendukung perjalanan kami ini.Begitu melewati batas antara Kecamatan Sambas dan Sajad, dugaanku semakin kuat, udara semakin terasa lembab, pertanda hujan akan turun lagi, begitu rombongan mulai mendekati pemukiman, ntah dimana itu, aku sendiri tidak tau nama tempatnya, hujanpun dengan derasnya turun mengguyur kami, aku kaget lalu berlari secepatnya mencari rumah warga utk berteduh, disusul oleh peserta yg lain.Cukup deras, dan akhirnya kami memutuskan utk istirahat lagi disini sambil melepas beban yg dibawa.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.27 WIB, sudah sore, sedangkan perjalanan sudah dekat, begitu hujan mulai gerimis, tanpa membuang waktu kami segera bergerak utk menyusul sebagian rombongan yg sudah berada jauh didepan kami.Dengan sedikit berlari, akhirnya kami memasuki Desa Jirak, Kecamatan Sajad.Dipersimpangan ini, kami singgah ke warung utk membeli minuman dan snack utk mengganjal perut, setelah selesai, kami berbelok ke kanan melalui jalan perumahan warga yg lumayan padat,sedangkan dari informasi penduduk sekitar, sebagian kelompok yg lebih dulu dari kami mengambil jalan lurus utk menuju Desa Tengguli.

Dari Desa ini, jarak tempuh semakin dekat, diperkirakan sekitar 1 KM saja lagi.Teguran dan sapaan warga akrab menyambut kedatangan kami, mereka sangat ramah dan baik sekali, suasana seperti inilah yg selalu ku cari dari sebuah masyarakat, kehangatan dan santun yg memang sudah mulai pudar utk pemukiman di perkotaan. Kebetulan masyarakat di situ sedang ada kenduri pernikahan, begitu ramai sekali mereka, kebanyakan malah ngajak utk singgah makan dulu, secara halus kami tolak, walau ada yg menerima dengan alasan kelaparan, tapi ku cegah, karena perjalanan masih belum selesai, dan juga persiapan utk mendirikan tenda serta keperluan lainnya belum terkoordinir, karena separo masih dalam perjalanan, sesegera mungkin kami harus sampai ke Rest Point I untuk membantu yg lain.

Tidak terasa ternyata kami sudah melalui jalan setapak dipinggir sungai, tidak lama kemudian melalui batas antara Desa Jirak dan Tengguli.Dari sini, perjalanan sudah dekat sekali, begitu memasuki Desa Tengguli, perjalanan kami semakin cepat, dan sepertinya tenaga kami bertambah dengan sendirinya karena  saking semangatnya tadi setelah memasuki Desa Tengguli.Begitu melalui rumah warga, kemudian pasar, tidak sampai 100 meter lagi kami akan tiba di Rest Point I, di lapangan sepak bola yg berada tepat ditengah-tengah Desa Tengguli.Dalam hitungan menit, kamipun sukses menyelesaikan perjalanan hari pertama dengan  mencapai finish di Rest Point I di Lapangan Sepak Bola Desa Tengguli, Kecamatan Sajad, Kab. Sambas.

Kesemua peserta sudah sampai di Rest Point I, kemudian kami istirahat sejenak, kemudian aku mndekati rekanku utk menanyakan beberapa kendala, seperti lokasi tenda dan tempat masak, karena hujan yg sangat deras barusan usai, otomatis kondisi lapangan sangat becek.Keputusanku sih ngga usah dirikan tenda, namun bermalam saja diatas pentas dan podium yg kebetulan memang kosong.Ternyata rekanku sependapat dgn keputusanku, dan tanpa menyia-nyiakan waktu lagi, semua peserta kukumpulkan utk membahas tugas berikutnya.Mereka kuinstruksikan utk mengatur perihal perijinan dulu, kemudian, konsumsi serta mengemas lokasi setelah mendapatkan ijin.Secara spontan mereka mengatur tugas tanpa kuinstruksikan, dan menuju ke tujuan masing-masing,selebihnya, menunggu di podium sambil menunggu keputusan ijin dari perangkat desa, jika diijinkan, maka mereka mengemaskan pentas utk tempat istirahat, kalau tidak, yah, bikin tenda deh di tanah!!!!

Bersyukur perangkat Desa mengijinkan kegiatan kami utk bermalam disitu, begitu juga pengurus lapangan sepak bola, tanpa basa-basi lagi, segera pentas tsb dikemas layaknya sebuah tempat istirahat yg layak.Semua peserta bekerja sesuai dgn kavling masing-masing,tidak ada yg tidak bekerja.Walau agak santai, tapi aku bisa memakluminya, karena ini merupakan hari pertama mereka, jadi kalau terjadi kesalahan, itu masih biasalah, masih bisa ditoleransi.

Selesai semua urusan, termasuk urusan konsumsi dan pribadi, semua peserta dikehendaki berkumpul kembali, karena rencana kegiatan malam ini akan diisi dgn acara silaturahmi antara Saka Bakti Husada Ranting Sambas dan calon anggota Saka Bakti Husada Ranting Sajad yg dihadiri oleh peserta Travel Surviving serta calon anggota dari Ranting Sajad.Acara diisi dgn silaturahmi dan perkenalan, kemudian sedikit informasi tentang Saka Bakti Husada itu endiri yg di isi oleh rekanku.Begitu waktu masuk pukul 21.00 WIB, semua peserta yg sudah kelaparan menyantap makan malam bersama-sama ( walaupun ada yg belum kebagian sama sekali ).

Begitu acara serta makan malam usai, semua peserta beristirahat, dan sebagian besar sudah mulai tidur karena kecapean, maklum utk perjalanan besok yg masih cukup panjang utk dilalui.Namun tidak bagiku, pikiranku sudah mulai berputar-putar, karena aku mendapat sebuah pesan singkat yg mengatakan bahwa warnet jagaanku berulah, internetnya tidak mau connect.Jelas saja aku pusing, mlm sebelumnya aku sudah periksa semua system, jadi sudah yakin tidak ada masalah, namun kenyataan berkata lain, berarti besok pagi aku harus pulang sebentar ke Sambas utk perbaikinya, kemudian sebelum kami makan malam, ada order barang yg ingin dikirim hari minggu depan, sedangkan karyawanku tidak punya hp, jadi harus ketemu utk menyiapkan permintaan dari Jakarta tsb.Besok pagi, aku harus menuju ke rumah karyawanku dulu utk menyiapkan order, lalu pulang ke rumah sebentar utk mengambil kunci warnet, kemudian menuju ke warnet yg berada cukup jauh dari rumahku, lalu menyelesaikan masalahnya.

Pagi pun meyapa, dengan rasa kantuk yg masih mendera, tetapi hampir seluruh peserta sudah beraktifitas.Kemudian akupun bangkit dari pembaringanku, terus mencari anggota dari Sajad utk meminjam sepeda motor mereka, bersyukur ada yg bersedia meminjamkannya.Begitu sepeda motor sampai, akupun langsung tancap gas menuju kota Sambas.Waktu yg kuperlukan utk menuju Sambas tidak lama, hanya 10 menit sudah sampai, karena sedikit agak ngebut, begitu masuk kota Sambas, aku langsung menuju ke Dusun Lubuk Lagak utk menemui karyawanku.Selesai ketemu dan urusan kelar, aku segera pulang ke rumah utk mengambil kunci warnet.Kemudian tancap gas kembali menuju warnet.

Begitu tiba disana, tanpa pikir panjang lagi, komputer operator dan server kunyalakan, setiap settingan kuperiksa, termasuk DNS Telkom Speedy yg sering masalah.Kayaknya normal, lalu ku by-pass setingan server dan melakukan koneksi langsung ke modem, kemudian ku ping lagi DNS speedy tadi, memang benar ngga ada masalah.Berarti masalahnya timbul dari settingan Mikrotik Router.Settingan kukembalikan ke asal, lalu masuk ke login page Mikrotik via WinBox.Setelah masuk, kemudian kuperiksa satu persatu, ternyata kendalanya ada di Cache Web Proxy, setelah di clear, masalahpun selesai, dan akupun bergegas berangkat kembali menuju Desa Tengguli.10 menit kemiduan, aku sudah nyampai disana.

Waktu menunjukkan pukul 08.47 WIB, suasana pagi sudah mulai terasa panas, para anggota sudah berbenah diri, sarapan pagipun sudah tersedia, bahkan sebagian sudah ada yg duluan sarapan.Karena sewaktu di Sambas tadi aku sempatkan utk sarapan, begitu mereka tawari utk gabung, dengan bahasa yg halus aku tolak.



Planning tadi malam, rencananya pagi ini kami ingin langsung melanjutkan perjalanan, namun kenyataan berbicara lain, para anggota masih belum bisa kompak dan disiplin, terutama yg berasal dari Sajad, mungkin mereka keenakan karena camping di kampung halaman mereka sendiri, jadi, sedikit-sedikit mereka pasti pulang atau mengajak anggota dari Sambas utk silaturahmi kerumah mereka.Bagiku tidak menjadi masalah,  selama mereka masih bisa akur.Namun waktu berbicara lain, semakin lama, terik matahari semakin kuat, pagi berubah menjadi siang.Aktifitas kebanyakan hanya istirahat, sambil menunggu perintah dariku utk lanjut atau tidak.Lalu kupertimbangkan utk tetap menunggu sehingga siang hari, jadi kuperintahkan mereka utk menyiapkan konsumsi utk siang nanti, kembali mereka bergegas utk mempersiapkan semua masalah konsumsi, kerjasama yg cukup bagus diantara mereka.

Jadwal keberangkatan kurundingkan dengan rekanku, lalu kami sepakat, tepat pukul 12.30 WIB perjalanan dilanjutkan.Begitu konsumsi selesai, kamipun menyantap makan siang kami bersama-sama, selesai makan siang, waktu masih panjang utk menunggu keberangkatan, kuperintahkan mereka segera berbenah perlengkapan pribadi maupun yg lainnya.Selesai berbenah, mereka di perkenankan utk istirahat lagi yg cukup sebelum melanjutkan langkah kaki menuju Rest Point II, yaitu di Dusun Pulau Peranggi, Kecamatan Sejangkung.

Terdengar kumandang Adzhan Zuhur, sebagian memulai aktifitas ibadahnya, sementara yg lain masih menunggu waktu keberangkatan, karena sudah menunjukkan pukul 11.56 WIB, tidak lama lagi kami semuanya akan berangkat melanjutkan perjalanan yg masih cukup jauh.Begitu waktu sudah mendekati pukul 12.30 WIB, semua peserta dan aku sendiri serta rekanku sudah siap, baik fisik, mental, dan perlengkapan masing-masing.Peserta dikerahkan utk membuat barisan, lalu sedikit briefing dan perintah terakhir sebelum meninggalkan lokasi, yaitu pembersihan dari sisa-sisa perkemahan.Begitu selesai semuanya, barisanpun dibubarkan, begitu waktu menunjukkan tepat pukul 12.30 WIB, perjalananpun di lanjutkan, menuju arah yg penuh dengan tanda tanya, baik itu mengenai rute maupun masalah waktu, mungkin tidak bisa nyampai ke tujuan yg masih sangat jauh hanya dalam waktu setengah hari!!!!?????....semoga saja bisa!!!


On the Move
Rombongan mulai bergerak, nampak keceriaan yg terpancar dari wajah mereka, maklum, perjalanan baru dimulai, terdengar dari kejauhan kegaduhan yg mereka ciptakan sepanjang perjalanan, sehingga mengundang tawa para warga yg dilalui pemukimannya.Begitulah nikmatnya perjalanan begini, sesuatu yg mustahil jika dilalui secara bersama-sama pasti akan serasa sangat mudah!!!.

Desa Tengguli yg kami lalui sudah mulai mendekati penghujungnya, ternyata disini merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Sajad, karena berdiri kantor Kecamatan disini serta sebuah Puskesmas sebagai pusat pelayan kesehatan. Begitu melalui kantor tersebut, sekarang kami berada diareal semak yg cukup panjang, dan menurut sebagian anggota yg berasal dari Sajad, kami sudah mulai memasuki dusun Mensemat.Akhirnya kesampaian juga, seumur hidupku belum pernah kesini, kalau sekedar melaluinya menggunakan transportasi air sih udah biasa!!!

Tidak terasa perjalanan sudah mulai memasuki pemukiman kembali, mungkin disinilah tempat penduduk Dusun Mensemat bermukim, dan benar saja, tidak jauh dari rumah yg kami lalui tadi, semakin banyak rumah tersusun membelakangi kami, dan menghadap ke sungai, kemudian kami menemui sebuah persimpangan, lalu kami berhenti sejenak.Menurut warga, kalau kami lurus, kami akan tetap melalui jalur yg sama, jalan rabat beton, tanpa memasuki pemukiman, kutanyakan kepada warga itu kembali, kalau pemukiman yg ramai disebelah mana, menurut beliau kami harus masuk ke persimpangan ini.Namun terjadi perdebatan antara aku dan rekanku, menurut rekanku, rombongan harus mengikuti jalan rabat beton, tanpa memasuki pemukiman masyarakat, karena alasan waktu.Namun aku tidak setuju, karena alasanku dalam perjalanan seperti ini, menyapa warga adalah bagian dari inti kegiatan ini.Apalah artinya capek-capek melaksanakan perjalanan jika belum masuk ke pemukiman, lalu berbincang-bincang dengan mereka tentang maksud dan tujuan kami, dan ternyata Alhamdullillah, kebanyakan warga takjub dan senang dengan kegiatan kami ini, paling tidak daerah mereka ini masuk dalam kategori daerah yg cukup seru utk dijelajahi.


Mensemat
Rombongan mulai gusar, sedangkan keputusan belum ditentukan, lalu kami voting, suara terbanyak yg menang, sebelum voting, warga mengatakan kalau kedua jalan tersebut pada dasarnya sama saja, nanti pasti akan ketemu lagi di ujung jalan rabat beton, begitu voting dimulai, 100 persen peserta memilih masuk kepemukiman warga, lalu perjalananpun dilanjutkan menuju pemukiman warga.Perjalananpun dilanjutkan, jepret foto pun tidak henti-hentinya. sebagai kenang-kenangan bahwa kami sudah pernah kesini.

Begitu mendekati persimpangan menuju ke jalan rabat beton, kami sempatkan utk singgah ke sungai sekedar membasahi wajah dan topi, biar segar.Lalu melanjutkan perjalanan menelusuri jalan rabat beton untuk meninggalkan Dusun Mensemat.Perjalanan panjangpun berlanjut, tanpa mengetahui kemana yg akan dituju setelah ini.


Mensemat
Langkah kaki semakin kencang, karena sudah masuk areal perkebunan masyarakat, yg pastinya sudah jauh dari pemukiman yg tadinya kami lalui.Perjalanan ini cukup enteng bagiku, karena tidak ada hambatan sama sekali, sepanjang jalan yg dilalui adalah jalan rabat beton yg cukup mulus sekali, mungkin hanya jarak sajalah yg menjadi kendala, karena perjalanan masih sangat jauh.

sekarang posisi ntah dimana, karena masih ditengah-tengah semak dan perkebunan masyarakat, tidak satupun kami menemukan rumah warga.Kira-kira sudah melalui 3 KM, akhirnya kami menemukan sebuah rumah.

Begitu mendekat, ternyata bukan rumah!!!!!Tetapi rumah abadi alias pemakaman.....


Makam Bantillan

Lalu kami mulai mendekati lokasi pemakaman tersebut, dikarenakan keunikannya, yg tidak jauh berbeda dgn makam Kesultanan Sambas di Sambas yg dominan dilapisi dengan kain berwarna kuning yg identik dengan simbol kerajaan Sambas.Benar saja dugaanku, makan ini adalah BANTILLAN, dan cukup terkenal sekali di seantero Sambas khususnya dan warga Melayu serantau umumnya.Aku pribadi merasa nyaman berada disini, ntah kenapa!!!!seperti sudah sering kesini pikirku, padahal baru pertama kali menginjakkan kaki disini.

Aku mulai bergerak, masuk ke areal pemakaman tersebut, sebagian anggotaku masih menunggu di jalan.Lalu kukeluarkan kamera digital utk mengabadikan lokasi tersebut.Mulai lagi deh kejadian yg tidak masuk akal terjadi, sewaktu mau memotret pertama kali, kamera berhasil dijepret, tetapi gambarnya tidak muncul-muncul!!!????Ada apa ini, pikirku......
Jangan-jangan kejadiannya persis seperti kejadian Travel Surviving I dulu, kalau mau jelas ceritanya, klik aja disini!!!!

Karena pengalaman yg lalu, dan kebetulan tempat yg dikeramatkan ini ada kaitannya dengan kerajaan Sambas, lalu aku berasumsi bahwa aku perlu ijin, kemudian aku lafadzkan niatku dalam hati utk mengabadikan foto areal makam tersebut.Selesai berniat, kamera kurestart, setelah itu kucoba kembali utk memfoto, selesai menjepret, Alhamdulillah, ternyata berhasil!!!!!


Kejadian ini memang terjadi, dan benar adanya, tidak ada rekayasa sama sekali, karena tidak ada keuntungannya bagiku jika menulis hal yg tidak-tidak, jika pembaca ingin percaya atau tidak, itu terserah dengan penilaiannya masing-masing, lagipula aku sendiri mempunyai saksi koq, yaitu anggotaku yg mengikutiku.

Selesai berziarah, kami melanjutkan perjalanan, namun sesuatu bermain dibenakku, ntah apa yg kurasakan, aku kurang pasti.Lalu muncul ide utk menanyakan perihal makam Bantillan tersebut kepada masyarakat setempat, yg kebetulan tidak jauh dari komplek pemakaman, ada sebuah pemukiman penduduk.Ideku tersebut direspon oleh anggotaku.Begitu memasuki pemukiman warga, lalu kami sempatkan utk singgah disalah satu rumah warga yg kebetulan ada orang tuanya, mudah-mudahan beliau tau cerita ttg makam tersebut.

Begitu dipersilahkan oleh tuan rumah, kamipun duduk istirahat diteras rumah mereka, kemudian membuka pembicaraan dengan menanyakan nama kampung yg kami singgahi, ternyata kami sudah berada di Dusun Kuayan.Wah, wah, wah,...... tidak disangka, ternyata sudah sejauh ini perjalanan kami.Kemudian salah satu anggota senior memulai pembicaraan tentang Bantillan tersebut, aku sangat capek, lalu menurunkan tas kerielku dan istirahat, tanpa menghiraukan pembicaraan mereka yg terlihat asyik tersebut.



Sang kakek bercerita tentang Bantillan, yg menurutku pribadi udah sering mendengar cerita tsb dari masyarakat, dan menurutku adalah dongeng belaka, jadi aku tidak berminat sama sekali utk ikut gabung mendengarkan, karena kupikir sama saja ceritanya.Kemudian aku mulai mencuci muka ditangki penampungan air, setelah itu duduk kembali ditempat semula dan istirahat sepenuhnya.Perasaan aneh tadi tetap saja menghinggapi benakku, terus terang, kondisiku tidak seperti kondisi kebiasaanku, aku berubah jadi banyak diam, menjauh dari mereka, dan berusaha utk tidak peduli apapun.Begitu cerita semakin panjang, terdengar olehku sepenggal kalimat" bahwa keturunan Bantillan tidak boleh berkelahi sama sekali, jika mereka berkelahi, pastinya akan terjadi kekacauan yg sulit diatasi, atau lawannya yg terluka parah!!! ".
 Dan kalimat ini " nama asli keramat Bantillan adalah Datuk Putih!!! "

Aku kemudian mendekat secara spontan, ingin tau maksud pembicaraan tsb.Lalu aku bertanya kepada kakek tersebut maksud kalimat tadi, begitu diperjelasnya, aku mulai paham, apa yg terjadi pada diriku.

OK, sekarang kuceritakan sedikit tentang cerita Bantillan yg kuketahui, mohon maaf, jika ceritanya tidak sama dengan yg pernah pembaca dengar, harap maklum.
Bantillan adalah nama makam tempat seseorang yg sangat sakti dijaman kerajaan Sambas dulu, sangat banyak versi cerita sehingga susah dicari keabsahannya, namun menurut masyarakat setempat yg dekat dgn areal makam menjelaskan bahwa yg dimakamkan disitu adalah Datuk Putih, salah satu orang Sakti dijaman kerajaan Sambas dulu.Salah satu kesaktiannya adalah kekebalannya terhadap senjata apapun, sangat disegani oleh kerajaan Sambas dan salah satu petinggi di kerajaan.
Kata Bantillan itu sendiri berasal dari bahasa Melayu Sambas yg artinya kebal atau tahan banting.Untuk cerita selebihnya menurutku terlalu dibumbui, dapat dimaklumi karena masuk dalam kategori cerita rakyat.

Sekarang, kembali kecerita semula, mengenai percakapanku dengan sang kakek.Aku mulai bertanya mengenai perihal cerita Datuk Putih tersebut, apa benar kalau Bantillan itu makamnya, lalu tentang pantangan berkelahi tersebut, yg berlaku utk keturunannya.Aku kembali berpikir, semua jawabannya mendekati hal-hal yg pernah kualami, tidak ada sedikitpun yg melenceng, apalagi perihal berkelahi tsb, yg mana sewaktu aku masih kecil dulu pernah berkelahi menggunakan kekerasan fisik, sehingga temanku yg kupukul tsb babak belur dan tidak ada yg berani mendekatiku utk melerai, bahkan orang dewasapun tidak berani mendekat, terus terang waktu itu aku dalam kondisi setengah sadar, sehingga sekarang aku takut utk menggunakan kekerasan, takutnya tidak terkendalikan seperti dulu, cukup 1 kali saja sebagai pelajaran berharga bagiku.

Kilas balik tersebut kembali menggugah akal sehatku, emangnya aku ini keturunannya ya!!!!Setauku sih bukan.Kalau dari sebelah bapak, positif bukan, mungkin dari sebelah ibu, yg asli orang Sambas, tapi entah lah, yg pastinya, aku pernah ketemu seseorang yg sama persis dgn cerita kakek tersebut sewaktu aku masih berumur 4 tahunan, ketika air sungai pasang tinggi di depan rumahku, dan aku bermain ditepian sungai lalu kecebur kesungai.
Didalam sungai aku malah bermain-main dgn seorang kakek-kakek tua yg berpakaian serba putih dan berjenggot putih, wajahnya tidak bisa kulihat, karena sangat terang sekali.Beliau sangat menggembirakan, tanganku dipegangnya lalu kami menari berputar-putar sambil tertawa dan bersenandung kegirangan, kemudian tiba-tiba keluar sebuah tangan dari atas kami dan menangkap tanganku, aku kemudian ditarik keatas, berakhir sudah acara bermainku dgn beliau, dan aku langsung menangis, ternyata aku barusan keluar dari dalam sungai, menurut abangku, sudah hampir setengah jam aku menghilang, puas dia mencariku didalam rumah, kemudian dilihatnya percikan dan gelombang air didepan rumah, dia bergegas berlari, setelah dilihatnya, ternyata  benar, aku terjatuh kedalam sungai, beruntung aku tidak berada didasar sungai, malah anehnya seperti orang yg menyelam saja dibawah permukaan air.Umur abangku masih 6 tahun, masih sangat kecil, orangtua waktu itu tidak ada, ntah kemana.

Sang kakek tersebutlah yg tidak pernah kulupakan, sehingga sekarang.Yg mengherankan, setiap kali aku mendapat musibah yg hampir meragut nyawa, seperti tenggelam sewaktu masih kecil, jatuh dari gedung badminton setinggi 5 meter, diracun orang, dan tabrakan beruntun, pasti ada kaitannya dgn beliau, walau tidak secara langsung, alias melalui mimpi orang lain yg dialamatkan kepadaku.Kemudian melalui pembicaraan orang yg mengetahui perihal alam ghaib mengenai kepribadianku ini, pasti tau sebelum aku ceritakan tentang apa yang mengikutiku selama ini, berdasarkan penuturan 3 orang pandai itu, jawabannya tetap 1, yaitu kakek tua berjubah serta berjenggot serba putih tersebut. Aduh, ...jadi gemetaran nulisnya nih, maklum, udah masuk jam 00.20 WIB.


Berdasarkan cerita diatas, bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa perasaan aneh yg kualami tadi memang ada kaitannya dengan makam tersebut, walau hanya pendapatku pribadi, tapi aku yakin karena aku yg mengalaminya sendiri.

Pembicaraanpun kami sudahi dengan berpamitan kepada warga setempat dan kepada kakek yg bersedia menemani kami bercerita tentang sejarah makam Bantillan itu.

Langkah kaki kami mulai menjauhi tempat kami istirahat tadi, dan hampir mendekati penghujung kampung, sebagian anggota sudah menunggu dipersimpangan, maklum, aku adalah rombongan yg terakhir, karena posisiku sebagai Sweeper.Dalam setiap langkah yg kulalui, pikiranku masih tetap mengingat cerita yg barusan kami dengar tadi, benar-benar mengganggu konsentrasi, dan tiba-tiba seorang anggota putra berlari kepadaku sambil memperlihatkan seekor kumbang dari Genus Cyclommathus dan bernama Tarandus, spontan pikiranku berubah lalu mencari tau info lokasi mereka menemukan ini, ternyata tidak jauh dengan anggota lain yg sudah beristirahat di daerah semak-semak.Aku berlari, kemudian ada lagi anggota yg memberikan kumbang tadi, ternyata banyak ya.

Pasti didaerah ini merupakan sarangnya juga.Aku kemudian berhenti sejenak, lalu menurunkan tas keriel, dan mengeluarkan perangkat Entomologi yg kubawa didalam tas.Kumbang yg berhasil ditemukan kumasukkan kedalam tempat yg sudah kupersiapkan, lalu net pun kukeluarkan, bersiap-siap untuk mencari kumbang sambil melalui semak-semak yg masuk rute perjalan Travel Surviving II.Aku sangat bersyukur, didalam kegiatan yg nampaknya sia-sia ini, aku berhasil menemukan valley utk Cyclommathus Tarandus.

Selesai mempersiapkan peralatan, perjalananpun dimulai dengan semangat sekali, kupikir aku sendiri yg semangat, ternyata anggotaku juga, mereka ikut membantu mencari, yg menurutku, pasti ngga ada yg berminat dgn pekerjaan seperti ini, namun kenyataan berbicara lain, malah mereka juga berhasil menemukannya, dan ada 1 ekor yg cukup besar sekali, sepanjang 64mm, dan ditangkap oleh salah satu anggota putriku, aku sangat senang, karena utk ukuran tersebut udah termasuk susah sekali.Tanpa terasa perjalanan sudah semakin jauh, ntah dimana posisi kami, yg pastinya kami berada ditengah-tengah areal perkebunan milik masyarakat dan melalui jalan tanah yg tidak layak utk kenderaan apapun, selain pejalan kaki.

Sepanjang perjalanan yg bersemangat ini kami bernyanyi, bercanda, dan sebagainya, seperti terjadi keributan saja, padahal posisi ntah dimana.Dan tiba-tiba dari jauh terdengar alunan musik dangdut yg cukup keras, semua berpikir pasti sudah mendekati perumahan warga. Ternyata dugaan kami benar sekali, disisi sebelah kanan, kami bisa melihat atap rumah warga, tanpa komando lagi barisan yg  paling depan langsung berbelok menuju rumah warga tersebut, dan akhirnya berhasil menginjakkan kaki ke jalan rabat beton kembali.

Sambil berjalan, kami berusaha utk mencari tau nama kampung yg sekarang kami lalui, kebetulan ada sebuah Polindes yg bertuliskan Desa Beringin, lho!!!!daerah mana ini, belum pernah kami mendengar nama Desa tersebut.Kemudian kami berpapasan dengan warga, setelah menjelaskan perihal kegiatan kami, lalu kami bertanya nama kampung ini apa, lalu warga menjawab inilah kampung Segerunding!!!!Terus aku bertanya kembali, koq nama Desanya tertulis Desa Beringin, lalu warga menjawab, nama Desa memang Beringin, utk kampung yg kami lalui ini namanya Dusun Segerunding, bagian dari Desa Beringin, ......Oh, begitu ya, pantesan ngga ada yg tau.....



Salah satu anggotaku kemudian mengatakan bahwa inilah kampung asal kakeknya, banyak sanak keluarganya yg masih berdiam disini, akupun langsung mengajak utk mencari keluarganya tersebut, siapa tau, kalau misalkan ketemu, bisa bersilaturahmi dan bisa minta air minum, maklum, kami cukup kehausan sih!!!!!

Sedang asyik berjalan, aku melihat beberapa orang warga lagi kumpul, dan kebanyakan nenek-nenek, kupikir kalau orang tua disini pasti kenal dengan nama kakek anggotaku.Terus aku menghampiri mereka lalu bertanya tentang kakek anggotaku tersebut, ternyata dugaanku benar, si nenek merupakan keluarganya juga, tanpa bicara panjang lebar lagi si nenek mengajak kami utk menuju ke rumah adik dari kakek anggotaku tersebut, yg posisinya dekat dengan sebuah SD di dusun itu.

Kami dipersilahkan utk masuk, lalu istirahat sejenak, sambil ngomong-ngomong tentang perihal kegiatan kami yg agak lain itu, juga membahas tentang ikatan keluarga yg ada disini, yah, paling tidak semua bahan yg bisa digunakan sebagai modal untuk memulai pembicaraan kami keluarkan.Dan alhamdulillah, akhirnya keluar suguhan yg manis dan segar, air minum plus es, wuih......emang mantap sekali............Cukup lama kami istirahat disini, sedangkan sebagian dari rombongan telah melanjutkan perjalanan utk mencapai Rest Point II yg tidak terlalu jauh lagi.

Selesai bertandang, kamipun berpamitan utk melanjutkan perjalanan, maklum, waktu sudah menunjukkan pukul 16.17 WIB, takutnya malah ngga bisa sampai ketempat tujuan, apalagi utk Rest Point II sama sekali belum diketahui lokasi dan posisinya alias totally blank!!!!Bergegas kami melanjutkan perjalanan kami yg masih lumayan jauh juga, yg menurut warga sih kira-kira 3KM, namun aku memperkirakan mungkin sekitar 5KM.Dengan sedikit tergesa-gesa, langkah kaki kami dengan pasti menelusuri jalan kampung yg terbuat dari beton ini, yg pastinya, aroma kesuksesan sudah tercium oleh kami semua, sehingga dalam perjalanan, tidak ada keluh kesah sama sekali, yg ada hanya canda dan ketawa sepanjang perjalanan.


Turusan
Tidak terasa, setelah melalui areal persawahan dan perkebunan, kini  kami sudah mulai memasuki kampung lagi, kalau tidak salah, inilah yg mereka sebut dengan kampung Turusan, yg artinya sebuah kampung atau Dusun yg berada disepanjang terusan yg sengaja dibuat oleh pemerintah kerajaan Sambas pada jaman pemerintahan Sultan Muhammad Tsafiuddin II sekitar tahun 1880 an yg menghubungkan antara 2 buah sungai yaitu sungai Sambas besar dan sungai Teberau.

Nampak dengan jelas sekali keindahan gunung Senujuh, luas membentang sepanjang pandangan kami, sebenarnya masih belum masuk kategori gunung, lebih tepatnya adalah bukit, karena ketinggiannya sekitar 300meter dpl.Kampung Turusan merupakan kampung terakhir yg akan kami lalui, karena setelah itu kami akan masuk ke kampung Pulau Peranggi, yg merupakan rencana tempat Rest Point II hari ini.Waktu sudah menunjukkan pukul 17.02 WIB, senja sudah datang, pemandangan sangat indah sekali, hamparan sawah yg menguning dihiasi indahnya waktu senja yg menyapa perjalanan kami, disebalik itu, keindahan Gunung Senujuh semakin memikat, rasa capek yg mendera tidak terasa lagi, karena Rest Point sudah dekat.


NINJA SAGA"NG"
Rombongan kami terpecah menjadi dua, utk rombongan pertama, sepertinya sudah sampai di Dusun Pulau Peranggi, sedangkan kami, baru mulai memasuki persimpangan yg menuju ke Dusun tersebut.Waktu terus berdetak, langkah kaki semakin serentak, malah, saking gembiranya, rombongan yg mengikutiku melakukan sikap sempurna dalam baris-berbaris dan melaksanakan gerak jalan hingga memasuki Dusun tersebut, kelakuan yg cukup aneh.............

Begitu memasuki Dusun tersebut, semua merasa sangat gembira sekali, kami disambut oleh pertanyaan-pertanyaan warga tentang kegiatan dan tujuan kami, dan mereka sangat senang akan kedatangan kami, sambutan yg hangat menyapa sepanjang perjalanan.Tanpa terasa, akhirnya kami bertemu dgn rombongan yg pertama yg lebih dulu istirahat disalah satu rumah warga.Kemudian aku mendekati rekanku, lalu rekanku mengatakan kalau rumah yg disinggahinya adalah rumah Ketua Remaja Siaga Kecamatan Sejangkung, kebetulan sekali kataku, yg mana aku pribadi adalah Ketua Remaja Siaga Kecamatan Sambas, dan rekanku adalah Bendahara Remaja Siaga Kecamatan Sebawi.Kemudian aku bertemu dgn beliau, lalu berkenalan dan berbincang-bincang sedikit, setelah itu kami mengatur masalah akomodasi mlm ini, lalu meminta saran dari beliau ttg perihal tsb, dan bersyukur, beliau mau membantu, karena kebetulan profesinya sebagai Sekretaris Desa dan dekat dgn Kades.Setelah mengatur rencana, lalu beliau berangkat menemui Kades dgn mengikut sertakan salah satu anggota senior menggunakan sepeda motor, sedangkan kami, sesuai dgn saran masyarakat, utk menuju lapangan volly yg berada ditengah Desa, tempat yg strategis utk mendirikan tenda dan bermalam.


Rest Point II, masak

Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan kembali setelah Adzhan Magrib berkumandang, tidak sampai 10 menit, akhirnya kami semuanya berhasil mencapai Rest Point II, disebuah lapangan volly.Aku istirahat sejenak, tetapi tidak bagi peserta, mereka malah langsung mempersiapkan perlengkapan dll utk mendirikan tenda serta menyiapkan keperluan lain.Tidak ada yg mengarahkan mereka, sepertinya kesadaran mereka masing-masing, walau ada 1, 2 orang yg malas-malasan, terus kubentak utk membantu yg lain kerja.Waktu sudah menunjukkan pukul 18.34 WIB, suasana malam sudah terasa, beruntung warga setempat berbaik hati menawarkan bantuan penerangan kepada kami, terus terang kami sangat gembira dgn bantuan warga tersebut, sebuah lampu neon 20 Watt menerangi kami, dan secepat kilat keberadaan kami dipenuhi oleh warga, terutama anak-anak yg belum pernah melihat kegiatan seperti ini.


Selesai berbenah
Tidak tau siapa yg mengkoordinir mereka semua, sepertinya mereka sudah membentuk seksi-seksi sendiri, ada yg mendirikan tenda, mencari kayu api utk masak, mempersiapkan konsumsi hingga masalah sosial, yaitu menghibur anak-anak yg berkumpul lalu diajak bermain bersama-sama serta mengatur perijinan kerumah warga utk ganti pakaian dll.Aku pribadi merasa cukup bangga dengan mereka, karena inilah inti dari kegiatan ini, sebuah kekompakan, kerjasama bersosial yg tidak dapat disaksikan dikegiatan lain.Sebuah kesadaran pribadi akan perlunya kekompakan, kerjasama, dan saling bantu membantu walau tenaga benar-benar terkuras habis.

Kuajak 2 orang anggota putri utk belanja ke warung terdekat, semua keperluan dapur mereka yg ngatur, selesai berbelanja, mereka langsung kembali ke tenda, dan aku membayar semua belanjaan mereka.Aku mulai ngobrol dengan si pemilik warung, menanyakan teman lamaku satu sekolah yg katanya berasal dari Desa ini, ternyata dugaanku benar, dan kebetulan pemilik warung adalah pamannya, lalu kutanyakan apakah dia ada dirumahnya, namun cukup disayangkan, dia sudah jarang pulang, karena bekerja di sebuah perkebunan kelapa sawit dan jarang sekali mendapat cuti.

Mengakhiri pembicaraan, akupun langsung pamitan pulang menuju tenda,begitu sampai, tampak keramaian yg instan, ngga tau apa penyebabnya, mungkin karena ngga pernah ada kegiatan semacam ini dikampunglah yg menjadi faktor utamanya.Aku kemudian langsung menuju ke dalam tenda, namun sedikit hal yg perlu kulakukan, meminta ijin kepada pemilik "tempat"!!

Segera aku keluar dari tenda dan menuju ke sebuah lumbung padi yg terbiar, begitu mendekat, aku langsung meminta izin seperti "biasanya" yg aku lakukan ditempat lain, selesai disitu, aku kembali lagi ke tenda lalu mendekat ke pohon asam dan mengulanginya lagi, begitu selesai, akupun langsung kembali ke tenda sambil menunggu respon dari "mereka" kesemuanya.15 menit berlalu, sambil nyantai didalam tenda dan melihat para peserta bekerja, kami kedatangan tamu kembali, temanku sesama ketua Remaja siaga yg tadi sore membantu kami, pembicaraanpun bermulai, lalu rekankupun ikut merapat utk ikut nimbrung, berbagai cerita, gagasan serta wacana ikut terbeber dalam pembicaraan kami yg cukup panjang ini, lalu akhirnya yg ditunggu-tunggu sudah datang, Pak Kades sendiri langsung menuju ke tempat kami dan langsung gabung, dari 8 buah mata yg terkumpul, sumber pembicaraan semakin banyak, otomatis pembicaraanpun semakin panjang, tidak terasa dari pembicaraan tersebut ternyata konsumsi utk malam hari akhirnya sudah selesai semua dan siap disantap, tanpa komando lagi, dan sepertinya para tamu udah maklum, merekapun mengakhiri pembicaraan lalu kembali kerumah mereka sambil mempersilahkan kami utk melanjutkan aktifitas.

Nasi sudah siap terhidang, peserta semua dikumpulkan lalu makan malam bersama akhirnya terlaksana juga.Lauk serta sayur yg dibuat utk malam ini cukup sederhana, gorengan ikan asin, gulai terung asam dan sayur pakis alias midding, namun, semua peserta termasuk aku sendiri cukup lahap makannya, mungkin karena sudah betul-betul kelaparan sekali ya!!!!Tapi, kebersamaan itulah yg membuat segala-galanya menjadi serba enak!!!!!!!

Selesai makan dan beres-beres, mereka diperkenankan utk mandi, maklum, dari mendirikan tenda hingga makan malam, tak seorangpun yg mandi, yg pastinya kalau tidak mandi, susah tidurnya.Begitulah akhirnya semua kegiatan yg ditutup dgn keperluan pribadi masing-masing, begitu waktu menunjukkan pukul 22.00 WIB, aktifitas di sungai berakhir sudah.Dan sebagian beristirahat di peraduan masing-masing, malahan ada yg sudah tertidur pulas."Konfirmasi" baru kudapat, dan akupun beristirahat juga di bibir tenda sambil berjaga-jaga, begitulah berakhirnya aktifitas dihari kedua ini, siap-siap menyambut kedatangan hari ketiga keesokan harinya.

Pagi menyapa kami, aktifitas sudah mulai sejak subuh lagi, tidak tau apa yg mereka kerjakan, yg pastinya aku masih malas mau bangkit, melanjutkan tidurku sampai sinar surya menyentuh kulitku.Sudah masuk di hari ketiga, jadwal utk hari ini adalah kerja bakti di lingkungan pemakaman umum serta lingkungan perkemahan, sesuai dengan hasil pembicaraan tadi malam bersama Pak Kades.Utk jadwal pagi hari sengaja dikosongkan, memberi waktu kepada peserta utk bersilaturahmi dgn masyarakat setempat serta istirahat yg cukup utk perjalanan terakhir menuju Sambas.Seksi konsumsi sudah mulai bekerja utk jatah siang hari, dan waktu sudah menunjukkan pukul 10.00WIB, utk yg lainnya ntah kemana, kemungkinan jalan-jalan melihat kondisi kampung yg cukup panjang ini.

Rencananya utk kerja bakti dilaksanakan pukul 14.00 WIB, utk lokasi berada di lereng gunung Senujuh, karena Pemakaman umum berada disana.Begitu transportasi air datang, peserta yg ikut kerja bakti langsung naik ke atas bangkong/ alat transport tersebut.Lalu perjalananpun dimulai, menyusuri sungai Sambas Besar terus menjemput beberapa warga utk ikut gabung dalam kerja bakti ini.Kemudian giliran menjemput Pak Kades yg juga ikut dalam kegiatan ini, selesai semua jemputan, kamipun langsung menyeberang ke arah muara Sungai Perigi Limus, sebuah anak sungai yg mengalir disepanjang lereng gunung Senujuh, sungguh sebuah pemandangan yg indah sekali, sangat alami.

Perlahan tapi pasti, perahu bangkong yg kami tumpangi menyusuri sungai yg berliku-liku, sambil menikmati pemandangan gunung dari dekat, tidak lupa beberapa sesi pemotretan dilakukan disini.Akhirnya tiba juga di dermaga pemakaman, setelah perahu diikat, kami segera naik ke daratan sambil membawa peralatan kerja.Begitu sudah naik semua, kami secara bersama-sama menuju ke pemakaman dan diarahkan langsung oleh Pak Kades.Begitu masuk areal pemakaman, semua peserta langsung bekerja membersihkan areal pemakaman dari rumput-rumput liar dan ranting kayu yg berserakan, kondisinya agak berantakan, maklum cuma sekali setahun dibersihkan.


Lereng Senujuh
Untuk mempercepat pekerjaan, aku juga ikut andil dalam pekerjaan tersebut, membantu mereka sambil mengarahkan lokasi2 yg akan dibersihkan.Begitu sampai diwilayah yg agak ujung, ada sebuah kuburan yg tertutup rapat oleh tebalnya rumput liar, aku merasa tidak enak, mau dikerjakan atau tidak, belum sempat aku berpikir, eh malah anggotaku yg duluan menebasnya hingga bersih dan mengenai payungnya, payungnya agak berubah dari posisi sebelumnya, lalu kudekati dan kuperbaiki posisinya sesuai dgn keadaan semula, semoga aja tidak terjadi apa-apa pikirku.


Kaki gunung Senujuh
Sinyal akhir pekerjaan di umumkan, kami segera berangkat meninggalkan lokasi tersebut menuju lereng gunung utk jalan-jalan, maklum, dari semua yg ikut, kebanyakan belum pernah ke gunung ini.Kami tiba dilokasi tambang batu, yg kondisinya agak lapang dan luas, kebanyakan dari peserta berlomba-lomba utk naik ke gunung, akupun berpikir inilah kesempatanku utk mencari sinyal, karena operator hp yg kugunakan adalah XL, yg jelas ngga tersedia didaerah pedalaman seperti ini.Begitu sampai di daerah yg lumayan tinggi, hp kunyalakan, tunggu sekitar 1 menit, 10 buah sms berdering masuk, satu per satu kubalas sms tersebut, setelah itu aku kembali turun kebawah, dan mengajak semua peserta utk turun karena sudah waktunya utk kembali.Sebelumnya, kami sempatkan utk berfoto bersama dengan warga yg ikut bekerja dgn kami.

  Foto Bersama

Selesai foto-foto, kamipun kembali menuju ke dermaga utk pulang ke kampung, dan meninggalkan lokasi menggunakan sarana transportasi yg sama, lalu menuju ke base camp.Begitu sampai, kembali pekerjaan dilanjutkan dengan membersihkan areal perkemahan dan merapikan tenda.Selesai semuanya, kembali briefing dilakukan utk membahas kegiatan malam nanti, selesai briefing, peserta dikehendaki utk istirahat dan berbenah diri karena hari sudah mulai sore.Sebagian seksi konsumsi sudah mulai menyiapkan keperluan dapur utk malam nanti dan sebagiannya lagi kembali ke tenda utk beristirahat.

Mengisi waktu senggang, sebagian ada yg kesungai utk mandi, sebagian lagi ke warung utk jajan dan selebihnya masih dilokasi perkemahan, terutama anggota putri, yg notabene membantu seksi konsumsi menyiapkan bahan utk dimasak.Rekanku berada dikerumunan tersebut dan bercanda dgn mereka semua, semua merasa senang hingga lupa utk mandi.Aku duduk sendirian di tenda, pikiranku sudah mulai kosong semenjak kembali dari makam tadi, rasa bersalah menghantuiku, dan pundak kiriku serasa berat sekali, tapi tidak tau apa penyebabnya, yg pastinya aku merasa gelisah tanpa tau apa penyebabnya.

Ntah kenapa, lalu aku mendekat secara perlahan ke salah satu anggota putri, lalu diarahkan rekanku utk menoleh ke belakang, begitu dia menoleh, teriakan kaget yg terdengar, lalu dia menangis sambil menutup wajahnya, sepertinya dia ketakutan.Aku menjadi semakin bingung, ada apa sebenarnya yg terjadi kepadaku, kembali perlahan aku melangkah ke tenda, terus berusaha utk megisi pikiranku jangan sampai kosong, tersentak aku sebentar begitu ingat dengan payung tadi yg dikuburan, pasti perasaan aneh ini berasal dari situ, belum sempat aku menelusurinya, ternyata anggota putri yg kudekati tadi sudah mulai teriak-teriak, disitu aku mulai menyadari apa yg terjadi, aku segera bangkit dari perasaan bingung tadi lalu segera mengarahkan semua peserta yg berangkat ke pemakaman utk segera mandi membersihkan diri tanpa terkecuali.

Warga sudah mulai berkerumun utk mengetahui apa sebenarnya yg terjadi.Aku langsung berlari kesungai utk mandi, disetiap langkah, kesadaranku mulai kembali sepenuhnya, dan begitu aku mandi, baru aku tau penyebabnya, sesegera mungkin aku membersihkan diri utk membantu rekanku yg menangani anggota putri tadi yg kesurupan.Aku kembali berlari ketenda, mengganti baju dan celana lalu mendekati rekanku dan bertanya situasinya, ternyata anggota putri tersebut sudah kesurupan dan dalam tahap pengambil alihan raga, menurut rekanku, sangat sulit utk dikeluarkan, karena sudah berkali-kali dia mengeluarkan jin tersebut, namun tetap kembali ketubuhnya, sampai rekanku kelelahan.Kemudian aku mengambil alih, lalu mengeluarkannya, setelah berhasil keluar, ternyata benar, tetap kembali lagi, sepertinya ada yg menahan mahluk tersebut utk bertahan didalam tubuh itu.Lalu kucoba sekali lagi dgn cara yg sedikit berbeda, aku keluarkan lalu rekanku yg membangunkannya setelah aku menjauh, namun tetap saja hasilnya nihil, tetap kembali seperti semula.Aku semakin penasaran, apa penyebabnya, lalu kami berunding dgn warga utk memanggil dukun kampung utk membantu mengeluarkannya, kemudian anggota senior yg sedari semula mendampingi rekanku utk membantu mengeluarkannya berujar:"(#2) Aku Jak Ballom Mandek "....



Sontak saja kami kaget, rupa-rupanya dia yg dari tadi memegang kaki korban dari pertama dikeluarkan hingga akhir ternyata belum mandi, padahal semuanya sudah kuperintahkan utk mandi tanpa terkecuali.Pantas saja susah mau keluar, terlanjur kecewa, akhirnya sang dukun sudah sampai, lalu menyiapkan perlengkapannya utk mengusir jin yg berusaha mengambil alih raga si korban secara menyeluruh.Kali ini, cukup 1 kali saja jin tersebut berhasil dikeluarkan tanpa halangan yg berarti, kondisinya sudah mulai membaik, namun sangat lemah, disarankan oleh warga utk diinapkan saja dirumah warga, dan kebetulan si korban memiliki nenek yg rumahnya tidak jauh dari base camp, lalu dia di bawa ke rumah neneknya tersebut dan kerumunanpun mulai berkurang karena mengikuti si korban.

Suasana kembali normal, siangpun berganti malam, diketenangan itu, kembali kami membahas perihal yg terjadi.Tidak lama Pak Kades pun mampir utk ikut gabung, dan sedikit penyesalan atas kejadian tersebut, beliau mengatakan khilaf, tidak memberitahu kepada dukun kampung utk bertandang ke Pemakaman di lereng gunung.Nasi sudah menjadi bubur, percuma disesalkan, yg penting si korban sudah kembali pulih seperti semula itu yg lebih penting.

Tidak mau terhanyut oleh suasana duka, kembali kami beraktifitas seperti semula, kebetulan sudah lapar dan konsumsi sudah siap, lalu semua peserta yg hadir diperkenankan utk makan malam, walau suasana agak gelap, karena sekarang sedang mendapat jatah pemadaman bergilir dari PLN.Semua peserta duduk menghampiriku, maklum, karena masih takut akan peristiwa tadinya, baik itu putra maupun putri.Utk mencegah hal-hal yg tidak diinginkan terulang kembali, aku melakukan kontak terhadap lingkungan tersebut utk tidak mengganggu kami, cukup sekali saja.Setelah mendapat kepastian, aktifitas kembali dilanjutkan seperti biasanya.



Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB, suasana sudah tenang, namun tetap saja kegelapan menyelimuti kami, lalu sebagian anggota putra menyalakan api unggun utk penerangan.Nampak jelas berkurangnya peserta disini, karena sebagian ikut medampingi anggota yg sakit tadi, namun tetap saja kami berhasil memecah kesunyian dgn canda dan tawa sehingga tak terasa nyala lampu listrik menerangi kami, dan waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB.Peserta sudah mulai istirahat, dan ada juga yg tidur utk persiapan pulang keesokan harinya, namun tidak bagiku, aku masih harus tetap berjaga-jaga sampai kondisi benar-benar aman dan terkendali.Dirasa sudah aman, lalu aku berusaha utk tidur, sambil menunggu mata terpejam diiringi senandung lagu dari Discman yg kubawa, dan lewat pukul 22.20WIB, aku mengistirahatkan mataku utk perjalanan besok pagi yg masih cukup jauh sekali.


Kicau burung terdengar sebentar, lalu menghilang tertutup oleh suara keributan yg ditimbulkan oleh aktifitas peserta, akupun mulai bangkit dari peraduanku, lalu berusaha utk memulai aktifitas pagi.Semua sudah sibuk dengan keperluan pribadinya.Hari ini rencananya kami akan melanjutkan perjalanan, kebetulan sekarang sudah masuk hari ke empat dalam jadwal kegiatan.Waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB, sarapan sudah tersedia sejak tadi, aku mulai hariku dgn sarapan, kemudian mencuci muka kesungai, lalu melanjutkan perjalanan ke warung utk membeli minuman es sebagai penyegar otakku.

Kemudian kucari rekanku utk membahas jadwal keberangkatan, karena kali ini kami menggunakan jasa transportasi sungai utk menuju ke Desa tujuan yaitu Desa Kantan di Kecamatan Sejangkung, yg mana daerah tersebut terputus, tidak bisa dilalui kecuali melalui kenderaan sungai.Selesai membahas hal tersebut, kemudian kami menjenguk anggota yg kemarin sakit, melihat kondisinya, apakah mampu utk melanjutkan perjalanan atau tidak.Begitu bertandang, kondisinya sudah pulih, namun fisiknya tidak mampu utk melanjutkan perjalanan, karena terlalu lemah, lalu kami putuskan utk menyewa sebuah speed boat utk mengantarnya pulang ke Desa Tengguli yg kebetulan tidaklah terlalu jauh jika menggunakan transportasi sungai.

Setelah disepakati bersama, diputuskan utk mengutus 2 anggota utk mendampinginya selama dalam perjalanan, lalu 2 orang anggota dari Sajad, 1 putra dan 1 putri mendampinginya utk pulang.Selesai mengantar perjalanan mereka, kemudian kuperintahkan anggota senior utk mencari alat transportasi yg bersedia utk mengantar kami ke Dusun Kantan, utk yg lain segera mengemaskan tenda dan perlengkapan lain, karena perjalanan akan segera dilanjutkan.

Tepat pukul 10.37 WIB, akhirnya sebuah perahu bangkong datang merapat, aku pikir mungkin ini dia yg tadi dicari oleh anggota senior yg kuperintahkan, lalu aku mendekat dan bertanya kepada pemiliknya, dan dia bersedia mengantar kami utk menuju Desa Kantan yg diperkirakan sekitar 3 KM dari Rest Point II ini.Semua peserta kuperintahkan utk segera naik ke perahu, kemudian aku dan si pemilik perahu bangkong  pergi ke sebuah warung utk mengisi bensin utk keperluan perjalanan kami.Begitu semua selesai, perjalananpun resmi dilanjutkan pada pukul 10.51 WIB dan menyusuri sungai Sambas Besar.

Aliran sungai cukup deras, utk ukuran, sungai ini termasuk lebar, cuma sayang, tingkat pencemaran airnya tinggi sekali, terlalu keruh dan tidak layak utk keperluan konsumsi atau sanitasi.Mungkin ini yg MEREKA panggil dengan Pembangunan!!!!!Merusak lingkungan demi mengejar Rupiah, yah, maklum saja, baik Pemerintah atau Pengusaha sama-sama tidak pernah memikirkan kesejahteraan masyarakatnya, hutan dibabat habis, licin dan gundul, bukit hijau sudah berubah menjadi tanah yg gersang, tidak ada pemandangan lain selain SAWIT, SAWIT dan SAWIT, tunggu saja ALAM yg berbicara, kalau mampu, coba dijawab deh pakai Rupiah yg kalian anggap segalanya!!!!!!!


Lho, koq malah jadi tempat menumpahkan kekesalan sih, ..............ya, terserah aku lah, inikan private blog ku, ngga ada yg melarang, semoga aja mereka cepat sadar himbau ku.....

OK lanjut!!!!!!

Tak terasa, kami sudah mulai jauh meninggalkan gunung Senujuh, dan sekarang sudah melalui Desa Sendoyan, setelah melalui Sendoyan, baru kami masuk ke Dusun Kantan, yg berada di seberang agak ke ujung dari Desa Sendoyan tadi.Begitu sampai, sesuai namanya, sebuah Dusun, tidak ada pembangunan yg berarti disini, taraf kehidupan masyarakat masih dibawah rata-rata, dan sepertinya kesemua dari mereka adalah petani.Disini kami tidak sempat utk bersilaturahmi lagi dgn masyarakat, karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.42 WIB, sudah masuk tengah hari, sedangkan rute hari ini adalah Sambas, yg menurutku masih sangat jauh sekali.Begitu melalui jalan rabat beton, disini mulai terasa beratnya perjalanan, karena berada tepat dibawah terik matahari, beruntung tidak terlalu jauh kami berjalan, kami masuk ke areal perkebunan karet yg sangat rimbun sekali, adem rasanya, kami kembali semangat utk berjalan, setelah dirasa cukup jauh melangkahkan kaki, kami beristirahat sejenak utk melepas lelah, dan kebetulan ada peserta yg minta obat karena maag.

Selesai istirahat, perjalanan dilanjutkan kembali mengikuti rute yg tersedia, rombongan terpecah menjadi dua, yg didepan sekali tampaknya sudah jauh meninggalkan kami, tinggallah kami dibelakang, menapaki setiap langkah yg masih bisa digerakkan, kemudian berbelok disebuah belokan, tiba-tiba terdengar suara kenderaan bermotor dari belakang, lalu secara spontan kami bergeser kepinggir jalan, karena jalan yg cukup sempit, namun, begitu motor tersebut lewat, secara spontan ku teriaki utk berhenti!!!!!!!
(#3) Mang, tunggu,........... masih ade ke Es nye ye........mun ade kami nak mballi...................

Bersyukur kami karena jawabannya positif, es masih tersedia, kebetulan kami sangat kehausan, walaupun es yg dijual sebenarnya kurang sehat, karena banyak mengandung pewarna makanan, namun kondisi kami yg tidak mengijinkan dan mau tidak mau harus membelinya utk sekedar melepas haus yg mendera.

Tidak tanggung-tanggung, 4 gelas kulahap habis dalam sekejap, utk yg lain, 2 gelas sekaligus, harga yg ditawarkan cukup murah, Rp 1000 per gelas plastik.Selesai membeli, si tukang es langsung berpamitan utk melanjutkan perjalanan, yg menurut informasinya, perjalanan yg akan kami tempuh masih cukup jauh, sekitar 5 KM melalui jalan tanah yg terkadang berlumpur ini.Jatuh lagi semangat kami yg mendengarnya, tapi mau digimanakan lagi, harus siap menempuh resiko, walau sejauh gimanapun, pokoknya, hari ini  kami harus sampai ke garis finish, di Kota Sambas.

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00WIB, cuaca sudah sedikit teduh, perjalanan berlanjut, tidak jauh kami berjalan, akhirnya ketemu dengan sebuah kampung kecil yg pemukimannya dihuni oleh sekitar 20 an kepala keluarga, kami kemudian mampir, lalu bersilaturahmi dgn salah satu warga emas disini, menanyakan perihal tentang kampung disini, perjalanan yg akan kami tempuh, serta pembangunan yg rasanya kurang atau bahkan jauh sekali.Menurut beliau, kampung yg diberi nama Rambayan ini penduduknya makin lama semakin sedikit, pindah kewilayah kecamatan yg lebih menjamin kehidupan mereka.Di kampung ini, utk penerangan mereka menggunakan mesin pembangkit tenaga diesel, 1 buah pembangkit dialiri kebeberapa pintu rumah.Terus terang aku pribadi merasa iba dengan kondisi sebegini, dikampung yg masih mudah ditempuh menggunakan transportasi darat, koq ngga ada listrik dari PLN ya!!!!

Sungguh tidak adil pembangunan sekarang, masyarakat yg terpuruk, justru semakin tenggelam dgn minimnya fasilitas penunjang seperti listrik, jalan, dan lainnya.Utk sekolah, ada sebuah SD, namun berada jauh di kampung sebelah, untuk SMP, ini lebih parah lagi, harus ke ibu kota kecamatan baru bisa bersekolah, jangan tanya deh tentang SMA, kayaknya keduluan jatuh semangat anak-anak utk bersekolah, mending kerja saja pikirnya singkat.

Kemudian kembali kami melanjutkan pembicaraan dgn beliau, dan dengan iseng aku bertanya kepada beliau, apakah pernah kegiatan semacam yg kami lakukan ini melalui kampung ini?!
Lalu beliau menjawab PERNAH!!!!

Katanya pada Tahun 1975 lalu, ketika itu ada kegiatan AMD atau ABRI Masuk Desa, melintasi kampung ini kemudian tembus kedaerah Sendoyan persis seperti yg kami lakukan.Lalu kembali aku bertanya, setelah AMD, ada lagi ngga pak!?, dijawabnya ngga ada, dan kegiatan kami adalah kegiatan kedua yg melalui kampung ini sebagai daerah lintasan kegiatan.

Wow!!!!1975,.....sekarang 2010,....hmmmmmmmmm.............................

Selisihnya 35 Tahun teman-teman, aku pribadi merasa cukup bangga sekali dengan kegiatan ini, banyak hal-hal baru yg tidak terduga berhasil di raih dalam kegiatan yg extrim ini.Tidak lupa si kakek mengatakan walau sedikit agak berbisik, "kalian ini dari mana, pesertanya ini dari militer ya..."lalu kujawab,"kami dari Sambas, berangkat dari Sambas, lalu memutar dan finish lagi ke Sambas selama 4 hari 3 malam, utk anggotanya kesemuanya anak-anak Pramuka sebaya dengan anak-anak SMA".
Lalu kakek menepuk pundakku"jadi kamu ketuanya ya, dasar gila ya, berjalan sejauh itu tanpa memiliki tujuan yg jelas, tapi kakek bangga dgn kamu dan yg lain, tidak disangka-sangka masih ada anak muda yg mau melakukan perjalanan panjang menyamai perjuangan para pejuang dijaman kemerdekaan", lalu kujawab" pejuang jaman dulu aja bisa kek, kenapa anak muda jaman sekarang ngga bisa, kan hakekatnya sama saja, malah untung yg sekarang, perlengkapan jelajahnya sudah modern lho kek?!".


Terhanyut dengan keasyikan ngobrol, terlupa aku akan rombongan yg pertama yg sudah jauh, jadi agak buru-buru aku berpamitan utk melanjutkan perjalanan yg masih cukup jauh sekali.



Belum jauh melangkah, eh ada warung yg menjual es, dan rekanku sudah ada disitu istirahat, begitu juga beberapa peserta yg lainnya, namun sayang, hujan mendadak turun membasahi kami, segera mencari tempat berteduh sambil menikmati es yg sedari pagi tadi belum disentuh.Tidak lama kami beristirahat, hujanpun reda, kemudian perjalanan kami lanjutkan lagi utk segera menyusul sebagian rombongan depan yg sedari tadi sudah berangkat.

Derap langkah pasti kami menapaki setiap ruas jalan yg ada.Perjalanan semakin lama semakin jauh, kini meninggalkan pemukiman dan memasuki areal perkebunan karet. yg cukup luas.Aku bertanya-tanya didalam benakku, sebenarnya kapan sih mau ketemu kantor Camat yg katanya merupakan akhir dari rute ini??
Tapi percuma saja, mau bertanya kepada siapa, sekarang keberadaan kami jauh ntah dimana, jadi yg bisa dilakukan adalah lanjutkan saja perjalanannya.

Tak lama kemudian, kembali kami memasuki areal pemukiman warga, dan disini sudah mengalir aliran listrik milik PLN, di kejauhan ternampak olehku beberapa tower provider GSM, mudah-mudahan ini kampung terakhir, ucapku..
Ternyata dugaanku benar, dikejauhan nampak olehku sebuah bangunan yg mirip dgn kantor Camat Sejangkung yg sering kulihat.Langkah kakiku semakin kencang, tidak perduli dgn teriknya panas matahari yg membakar kulitku.Dalam hitungan menit aku berhasil mengakhiri perjalanan tsb dan beristirahat diwarung sambil memesan minuman dingin, yaitu es teh.

Hampir kesemua peserta kelelahan, haus dan kepanasan, tidak terkecuali aku dan rekanku, akibatnya si ibu yg berjualan kewalahan melayani pesanan kami yg cukup banyak.Waktu menunjukkan pukul 14.30 WIB, direncanakan istirahatnya sekitar setengah jam, lalu bergerak lagi menyelesaikan sisa-sisa perjalanan yg tidak jauh lagi.

Semangat kembali masuk ke raga kami, suasana sore nan cerah cukup mendukung perjalanan.Jarak antara Sejangkung dan Sambas tidaklah jauh, sesuai rencana, kami akan mengambil jalur pintas, melalui Desa Penakalan untuk menuju Sambas.Begitu memasuki Dusun Sentalik, kami istirahat kembali di pos jaga dusun tersebut sambil mengatur nafas utk perjalanan.Kesal dan aneh, itu yg tampak dari warga yg melihat kami, namun tetap saja kami sapa dengan ramah, dan merekapun bertanya tentang kegiatan kami, setelah dijelaskan, kembali mereka kaget mendengarnya, sungguh sebuah perjalanan yg cukup melelahkan.

Dirasa cukup, kamipun melanjutkan lagi perjalanan ini menuju persimpangan yg hendak menuju ke Desa Penakalan.Begitu sampai dipersimpangan, kembali kami meregangkan kaki utk istirahat sejenak, perjalanan dirasa sudah dekat dan mudah, didepan sudah tampak jalan rabat beton yg menghubungkan kedua wilayah tersebut yg diperkirakan sekitar 2,5KM.Setelah menghela nafas yg panjang, kami kembali melanjutkan dan diisi dgn nyanyian mereka yg kegirangan karena sudah hampir mencapai finish.

Waktu menunjukkan pukul 17.00 WIB tepat begitu kami menginjakkan kaki di Desa Penakalan.Aku bersama beberapa anggota berlari ke salah satu rumah warga untuk membeli minuman, maklum kerongkongan sangat kering rasanya, dan sebagiannya lagi melanjutkan perjalanan menuju kota Sambas yg diperkirakan sekitar 4KM saja lagi.Disini kami istirahat cukup lama, sekitar 40menit, begitu adzhan Magrib selesai berkumandang, kami bergerak kembali melalui sisa-sisa rute tempuh dengan sedikit tenaga yg masih tersisa.

Sepanjang 4KM berjalan, 1 kalipun kami tidak berhenti, karena tanggung sudah dekat, lagipun kalau mau istirahat, matahari sudah tenggelam, gelap gulita menyelimuti kami tanpa cahaya sama sekali.Harap-harap cemas, kenapa tidak kunjung datang ke penghujung jalannya ya??
Suasana gelap dan mencekam tersebut menambah kegundahan dihati kami semuanya, kunyalakan lampu senter sebagai alat bantu penerangan, namun apes, baterenya udah lemah, cahayanya redup sekali.Huh, pikirku, kenapa ngga ada ujungnya ya??!!

Setauku sih, tepat dipersimpangan ujung jalan ini terdapat tower provider Celuler yg kalau malam lampunya berkedip-kedip dikejauhan, namun kali ini mtidak tampak, mungkin kami masih sangat jauh ya kupikir?!!

Eh, tiba-tiba ada sebuah rumah disisi kanan yg hanya menggunakan lampu pelita dirumahnya, terus kuingat-ingat kembali, kalau ada rumah, berarti tidak jauh lagi pasti ada Sekolah SMP 3 Sambas!!!

Langkah semakin cepat walau capeknya minta ampun, dan akhirnya Alhamdulillah, benar sekali dugaanku, kami sudah berada dekat dengan ujung jalan ini.

Lho??........Dimana lampu tower yg kumaksudkan tadi???
Ternyata lampunya ngga nyala, ntah rusak atau apa, yg pasti cukup membuat aku merasa risau tadinya.

Kami istirahat kembali disini, tepat dipinggir jalan raya kota Sambas, utk lebih tepatnya di jalan Pendidikan, Desa Jagur.Sekitar 20 menit kami istirahat disini, meregangkan kaki menghilangkan lelah serta dahaga yg menghantui langkah sebelumnya.Begitu siap, sisa perjalanan segera diakhiri di titik finish yaitu Puskesmas, yg berada di Desa Dalam Kaum.Namun, begitu kami melewati Desa Tumuk, ternyata rekanku dan rombongan yg pertama sudah istirahat disalah satu warung, aku tetap melanjutkan perjalanan namun dicegah oleh rekanku, begitu aku mendekat ternyata sudah ada Pamong Saka kami, ada apa ini pikirku???

Begitu mendekat dan duduk, aku mendengarkan dengan seksama permasalahannya, ternyata Pimpinan Puskesmas tidak mengijinkan kami bermalam disitu??!!

Aduh, apes deh....gimana ya pikirku, karena ada sebagian peserta yg berasal dari Kecamatan Sajad, merekalah yg kupikirkan, gimana mereka mau pulang, kan kenderaannya tidak ada...

Setelah berbincang-bincang, beruntung aku sempat terpikir ke salah satu rumah anggotaku yg berada di Tanjung Bugis, lalu kupanggil dia, setelah dijelaskan, dan diapun setuju, lalu dia beserta rekanku pulang ke rumahnya meminta ijin kepada orang tuanya menggunakan sepeda motor.Siasat pun diatur ulang, tempat finish berubah, beruntung kami berada di Desa Tumuk, yg tidak jauh dari Desa Tanjung Bugis, cukup menyeberang sungai saja, mudah-mudahan perahu tambang malam-malam gini masih ada pikirku!!

Terus Pamong Saka berpamitan sekaligus menberitau anggota yg sudah mencapai finish di Puskesmas utk menuju ke tempat finish baru.Dan kamipun segera berangkat menuju dermaga penyeberangan dan terus mengantar kami ke pasar Sambas, beruntung sekali ternyata malam-malam begini perahu penyeberangan masih beroperasi, selesai menyeberang, dengan agak sedikit berlari kami menelusuri pasar dan segera memasuki Desa Tanjung Bugis, tidak sampai 1 menit, akhirnya kami berhasil mencapai finish tepat pada pukul 20.16 WIB.








(#1)Ada buah jeruk, ada buah jeruk, kesemuanya udah matang....
(#2)Sebenarnya aku sendiri belum mandi.....
(#3)Mang, tunggu, masih ada ya dagangan es nya, kalau masih, kami ingin membeli.........




This entry was posted on Wednesday, May 19, 2010 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

2 comments:

    Unknown said...

    Bro, kalo mau ke senujuh rute nya lewat mana ya?

  1. ... on June 25, 2010 at 10:19 AM  
  2. Donny Ardalando said...

    Banyak bro, dari sambas bisa, dari Sejangkung bisa, tapi kesemuanya melalui sungai

  3. ... on July 1, 2010 at 8:57 PM