View Rute Travel Surviving in a larger map

English Pages, click here!!

Hari Senin, tanggal 13 Juli 2009, Saka Bakti Husada Ranting Sambas kembali melakukan gebrakan, kini sebuah kegiatan dengan nama Travel Surviving dilaksanakan disepanjang jalur sungai Sambas kecil dan jalur sungai Sambas besar.

Maksud dari kegiatan itu sendiri adalah sebuah kegiatan survival/ bertahan hidup, dan biasanya dilaksanakan di hutan maupun daerah yang sangat terpencil, dan merupakan bentuk latihan dasar pendidikan militer TNI.Karena kegiatan ini untuk anak usia sekolah, sudah pasti kegiatan survival tidak cocok bagi mereka, dan untuk menambah manis isi dari kegiatan dimaksud, maka disisipkanlah Travel/ wisata perjalanan.



Kegiatan dimaksud mengambil rute sepanjang sungai, karena sungai merupakan sumber kehidupan
masyarakat desa, dapat dipastikan hampir semua jalur sungai terdapat Dusun/ Desa yang rencananya akan dilalui satu persatu.Selain itu, disisipkan juga tujuan lain, yaitu melihat pembangunan Desa-Desa tertinggal yang terputus oleh jalur transportasi utama, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, komunikasi, transportasi dan layanan publik lainnya yang ditujukan untuk masyarakat Desa tersebut.

Kembali ke inti pokok cerita, peserta yang ikut kegiatan ini diwajibkan untuk kumpul di lokasi yang sudah ditentukan, yaitu di Dusun Sunsung, Desa Saing Rambi, sebelum pukul 13.00 WIB, tepatnya dirumah salah satu anggota Saka Bakti Husada sebagai tempat start dan finish.
Begitu sudah kumpul, dan semua perlengkapan sudah di cek ulang, tepat pukul 13.57 WIB, peserta diberangkatkan menelusuri rute perjalanan.



Kami merasa agak kecewa, karena jumlah peserta diluar dugaan, sangat sedikit, yaitu 8 orang saja, 3 putri dan 4 orang putra, dan ditambah aku sendiri jadi total semuanya 8 orang.Sempat terpikir untuk membatalkan kegiatan ini, namun karena bertentangan dengan prinsipku, dan takut mengecewakan mereka yang ikut, jadi kuputuskan untuk tetap dilanjutkan, jalani saja, biar waktu yang menjawab perjalanan ini.

Terhanyut dengan kekecewaan, hampir membuatku terlupa untuk berdoa, kukumpulkan mereka kembali, membentuk barisan, lalu berdoa kepada Tuhan YME agar dilindungi dalam perjalanan ini hingga selesai.Begitu selesai, kusemangati mereka untuk melanjutkan perjalanan di terik matahari siang.

Tak terasa perjalanan sudah mulai jauh, waktu menunjukkan pukul 14.24 WIB, sekarang sudah melalui PT.Sumber Djantin di Desa Rambi, satu persatu dusun kami lalui, dan masuklah sebuah pesan tentang 2 orang anggota putra yang ingin ikut dalam perjalan ini, mereka adalah dari angkatan 13, jadi sekarang jumlah peserta menjadi 9 orang totalnya, yaitu 1 orang Putri angkatan 9, 3 orang Putra angkatan 13, 3 orang Putra angkatan 14, dan 1 orang Putri angkatan 14 ditambah satu orang calon anggota angkatan 15.



Mendengar berita tersebut, kamipun cukup merasa gembira, kuputuskan untuk menunggu kedatangan mereka di Dusun Rambi, sambil istirahat dan menyiapkan bekal yang dirasa cukup perlu.Tepat pukul 15.17 WIB, merekapun tiba, rombongan langsung diberangkatkan menelusuri jalan pedesaan tersebut.Kegembiraan menyinari wajah-wajah mereka, dengan perasaan senang,
perjalanan yang berat menjadi enteng, dan kamipun tiba di Desa Setambah, yang masih masuk dalam wilayah Kecamatan Sambas, karena Desa tersebut terdiri dari 2 dusun, yaitu Dusun Setambah A, yang berada di sisi kiri sungai dan Dusun Setambah B yang berada diseberangnya, lalu kami memanfaatkan jasa penyeberang sungai untuk menyeberang ke Dusun Setambah B.


Begitu sampai di steigher penyeberangan, kamipun langsung naik perahu untuk ke seberang, waktu menunjukkan pukul 16.08 WIB begitu kaki kami menginjak tanah seberang, tanpa basa basi lagi, kamipun melanjutkan perjalanan menelusuri Dusun ini, yangmenurut analisa kami cukup tertinggal dari sisi pembangunan dari berbagai bidang, termasuk pendidikan.Satu persatu rumah penduduk kami lalui, sapaan hangat tidak kunjung putus dari masyarakat setempat, baik yang sekedar bertanya tentang maksud kedatangan kami hingga keheranan dan bingung, karena selama ini tempat tinggal mereka tidak pernah sama sekali menjadi objek kegiatan dari organisasi apapun, termasuk dari kunjungan instansi pemerintah.

Tanpa terasa rupanya kami sudah melalui batas antara Kecamatan Sambas dan Sebawi, dan sekarang sudah masuk ke wilayah kerja pemerintahan Kecamatan Sebawi, yaitu di Dusun Tebing Rubuh, Desa Tebing Batu Kecamatan Sebawi.Semakin dalam dan jauh perjalanan kami, semakin dalam dan jauh juga sang surya pergi, siang hampir berganti malam, waktu menunjukkan pukul 17.02 WIB, perjalanan hampir terhenti, karena Dusun tersebut terputus dengan Dusun-Dusun lainnya, dan jika mau melanjutkan, harus menyeberang kembali menuju jalan raya.Karena tidak boleh melalui jalan aspal, maka kuputuskan untuk menginap saja di Dusun ini, Tebing Rubuh, dan niatku itu disambut baik oleh warga setempat, dan kebetulan sekali, aku bertemu dengan salah seorang Pembina Pramuka dari Saka Bhayangkara yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah, yaitu Bapak Suhartono.

Karena kesepahaman kami, atas nasihat dan petunjuk beliau, maka kuputuskan untuk menginap dihalaman sekolah Madrasah Ibtidaiyah Swasta AL WUSTHO, namun sebelumnya kami harus minta izin dulu ke Kepala Sekolah MIS AL WUSTHO, yaitu Bapak Zulkifli.Anggotaku kusuruh istirahat di halaman sekolah tersebut dan langsung mendirikan tenda dilokasi itu.Lalu aku dan
Suhartono menuju kerumah Pak Zulkifli, untuk meminta izin, begitu bertemu dan berbincang mengenai kegiatan kami serta mengenai warga setempat, kudapat sebuah petunjuk berharga tentang perjalanan besok, bahwa kami bisa melanjutkan perjalanan tanpa harus menyeberang ke arah jalan raya, merasa yakin dengan informasi tersebut, akhirnya kuputuskan untuk menempuh rute yang disarankan oleh Pak Zulkifli, yaitu melalui persawahan dan perkebunan milik warga setempat.

Selesai bertandang dan memperoleh izin, kami kembali ke lokasi perkemahan dihalaman sekolah, waktu menunjukkan pukul 17.23 WIB, tenda sudah berdiri, dapur tungku sudah mengepulkan asap, semua anggota sibuk menyiapkan keperluan tenda dan konsumsi.Warga merasa cukup gembira karena Dusun mereka mendapat kunjungan dari luar, tidak lupa anak-anak kecil, mereka bermain ria di tenda, karena inilah pengalaman pertama mereka menyaksikan kegiatan seperti ini, dikampung halaman sendiri.Dihalaman sekolah inilah kami pilih sebagai Rest Point pertama kami.


Menurut pendapatku, dusun ini cukup berkembang, baik dari sektor ekonomi, pendidikan, dan kebersihan, cuma cukup disayangkan, karena untuk pelayanan kesehatan agak susah, diperparah lagi kondisi perairan sungai yang dicemari oleh limbah mercury dari penambang emas liar yang berada di anak sungai Seminis, keluhan masyarakat sepertinya tidak digubris
oleh aparat maupun pemerintah, karena sampai sekarang aktifitas penambangan liar tersebut masih saja berlangsung, tanpa ada rasa takut atau bersalah atas kegiatan mereka, sedangkan masyarakat cukup merasa resah akan kesehatan mereka.


Siang berganti malam, waktu menunjukkan pukul 18.02 WIB, nasi sudah mulai dimasak, terus keperluan dapur lainnya sudah siap.Sambil menyiapkan lauk pauk dan minuman, kami semua istirahat di lapangan terbuka, menikmati cerahnya malam dan bersihnya halaman tempat kami bermalam.Tanpa terasa, nasi dan lauk pauk sudah selesai dimasak, tepat pukul 17.36 WIB, kamipun menyantap hidangan malam tersebut secara bersama-sama.Selesai makan malam, berkemas, dan berbenah diri, kami istirahat kembali sambil menunggu rasa kantuk tiba.
Malam semakin larut, dingin semakin menyelimuti, satu persatu dari mereka mulai tertidur karena kecapean, begitu waktu memasuki pukul 24.00 WIB, kuputuskan untuk tidur juga sambil mengembalikan tenaga untuk perjalan keesokan harinya.

Ayam berkokok, pagipun menyapa, satu persatu dari anggotaku bangkit dari peraduannya, dinginnya pagi tidak menyurutkan semangat mereka untuk berbenah kembali, seperti sudah hafal dengan tugas masing-masing, merekapun mulai beraktivitas.Selesai berbenah keperluan pribadi, tidak lupa persiapan untuk perjalanan, yaitu sarapan pagi, aku dan 3 orang anggota putri belanja keperluan dapur di warung-warung terdekat, beli sayuran dan makanan wajib alias favorit kami yang kemarin sore sudah habis duluan, yaitu paddak ( makanan khas masyarakat Sambas khususnya, dan masyarakat KalBar umumnya yang dibuat dari udang rebon fermentasi ).


Pulang dari belanja, pekerjaan dapurpun dimulai, mulai dari memasak nasi, lauk pauk, serta minuman pagi seperti kopi dan teh.Waktu menunjukkan pukul 07.39 WIB, piring, sendok dan gelas yang sudah dicuci tadinya di kumpulkan kembali, karena makanan sudah siap, kamipun menyantap sarapan kami di atas gelaran tikar dan ditemani oleh hangatnya sinar mentari pagi.

Selesai sarapan, kembali perlengkapan dapur dibersihkan ke sungai, kemudian perlengkapan lain seperti tenda dan tikar dibongkar dan dikemaskan, lokasi perkemahan pun ikut dibersihkan dari sisa-sisa kegiatan.Begitu waktu memasuki pukul 08.24 WIB, semua pekerjaan sudah selesai, lalu anggota dan aku sendiri mengganti pakaian kami dengan seragam Pramuka untuk apel pagi, lalu pada pukul 08.30 WIB apel pagipun dimulai, kira-kira 20 menit kemudian selesai.


Perjalanan yang paling menantangpun dimulai, tepat pukul 08.58 WIB kami berangkat menuju area perkebunan karet, menelusuri jalan-jalan kecil yang biasa dilalui oleh petani karet.Kenapa paling menantang!!!
Karena hampir semua masyarakat yang kami temui mengatakan bahwa disitu tidak ada jalan untuk menuju ke Dusun lainnya, melainkan hamparan hutan yang luas dan sangat jarang dilalui oleh masyarakat, dan yang parahnya lagi, kesemua masyarakat memberi saran kepada kami untuk pulang saja dan megikuti rute jalan raya.Betapa kagetnya aku mendengar setiap informasi tersebut, karena terus terang keyakinanku yang semula optimis akan perjalanan ini bisa ditempuh, menjadi pesimis akan keberhasilannya.Kuperhatikan satu-persatu mimik wajah anggotaku, tidak tampak olehku keragu-raguan dibenak mereka, mungkin mereka sudah yakin dengan keputusanku ini dan mempercayaiku sebagai leader mereka tanpa ragu sedikitpun.
Sambil berfikir terus dan menimbang baik buruk dari keputusan ini, satu lagi masalah muncul, aku lupa untuk membawa kompas, apes deh!!??


Perjalanan kuistirahatkan sejenak, sambil berfikir dan membuat keputusan penting, apakah patah balik atau lanjut, karena semakin jauh kami berjalan, semakin gamblang perjalanan ini.Kuingat-ingat kembali pesan Bapak Zulkifli:"kalau mau melanjutkan ke Dusun lainnya, biasanya masyarakat memanfaatkan transportasi air ataupun darat melalui jalan raya, tetapi jika masih ingin melaluinya tanpa opsi tersebut, perjalanan bisa ditempuh dengan merentas melalui perkebunan dan persawahan, namun mungkin karena sudah tidak pernah dilalui lagi, kemungkinan jalannya sudah tidak ada, jadi kalian harus merentas perjalanan kearah barat, jangan sekali-kali mengarah ke lain, begitu kalian menemui kebun jeruk, itu berarti kalian sudah masuk di Dusun Rantau Panjang, dan kalian sudah berada dijalur yang benar."

Sudah mulai yakin kembali, perjalananpun aku putuskan untuk dilanjutkan, baru beberapa meter berjalan, kami kembali bertanya kepada petani karet, dan jawaban mereka tetap sama, tidak ada jalan untuk kesana.Nasi sudah menjadi bubur, perjalanan sudah semakin jauh, dengan berpandukan matahari sebagai kompas, rute perjalanan semakin sulit, keras, jauh dan menantang.Semakin jauh dan dalam perjalanan kami, semakin pudar keyakinanku untuk melanjutkannya.Namun begitu, aku kembali bersua dengan petani sawah yang keberadaannya cukup jauh dari perkebunan tadi, bahwa kami sudah tidak jauh lagi dari Dusun Rantau Panjang, cukup menembus jalur ini maka bisa sampai.Mendapat secercah harapan, kami kembali bersemangat, begitu mulai masuk ke dalam kebun karet yang sudah tidak pernah dirawat oleh pemiliknya, kembali kami kebingungan, rute yang ingin ditempuh membingungkan, dan apesnya lagi kebanyakan jalan buntu, tidak mau kehabisan akal, kusebarkan anggotaku untuk mencari jejak, begitu mendapat laporan keberadaan jejak, kami melanjutkan perjalanan kembali.


Baru beberapa meter melangkah, kembali kami menemui jalan buntu, kembali mereka kusuruh menyebar untuk mencari jejak, dan begitu menemuinya, kamipun mulai melangkah kembali.Namun tetap saja jalan buntu yang kami temui, mau tidak mau aku harus menguras otakku, karena resiko yang ditempuh ini sangat besar, bisa-bisa kami tersesat ditengah-tengah hutan yang tak berpenghujung ini.Sambil istirahat, kuputuskan kali ini aku yang berjalan didepan sebagai Leader Convoy, satu persatu jejak kutelusuri, mencari pilihan diantara beberapa pilihan yang ada, dan membuat keputusan sulit dan juga berbahaya, namun karena pengalamanku yang cukup didunia Trekking dan Adventure, menurutku hutan begini tidaklah terlalu masalah bagiku.


Begitu selesai istirahat, akhirnya kubuat keputusan untuk tidak mengikuti jejak yang ada, karena bisa menyesatkan.Sempat membuat kaget juga sih keputusanku ini, karena hampir sebagian anggota merasa ragu dengan ideku ini, karena terbilang cukup gila, yaitu membuat jalan alternatif sendiri dan melalui tebalnya semak-semak yang tajam serta gatal itu.Karena keyakinanku itu, dan aku disini sebagai Leader mereka, sudah pasti mereka perlu solusi yang jitu dan jalan keluar dari kebuntuan ini, kuatur strategi kembali, posisiku yang sebelumnya sebagai Leader Convoy kini kembali ke posisi Sweeper.Kutunjuk salah satu anggotaku untuk menjadi pendobrak, dan tanpa ragu diapun siap, secara spontan dia mempersiapkan diri dengan peralatan dan pakaian seadanya.Kenapa dibilang pendobrak, karena sebenarnya kami tidak memiliki peralatan apapun untuk perjalanan sebegini, jangankan alat penunjuk arah seperti kompas dan lain-lain, alat bantu seperti parang atau sabitpun kami tidak punya, cukup hanya dengan sebatang bambu yang dililit oleh bendera Saka Bakti Husada, dan seorang Surveyor yang bertugas menggantikan fungsi kompas, dengan memanjat diatas sebuah pohon untuk menunjukkan arah yang harus dituju oleh sang pendobrak.

Waktu sudah menunjukkan pukul 09.40 WIB, pagi sudah mulai beranjak siang, dan terik matahari mulai terasa diubun-ubun.Dan benar saja dugaanku, menurut laporan Surveyor, bahwa tidak jauh ke arah barat terdapat kebun limau ( jeruk ) milik warga.Mendengar laporan tersebut, tanpa dikomandoi sama sekali, sang pendobrak sudah mulai bekerja laksana Bulldozer, melibas setiap rintangan dan meyediakan jalan keluar bagi rombongan, karena merasa cukup kewalahan, akhirnya sang pendobrak dibantu juga oleh salah satu anggota ( putri ) dan berhasil menembus tebalnya semak belukar yang dilalui.

Surveyor dan Pendobrak
Betapa gembiranya kami, karena perjalanan yang seru ini berhasil dilanjutkan, tanpa harus menemui kehampaan dan kekecewaan sama sekali.Begitu keluar dari daerah semak tadi, perjalanan kami lanjutkan dengan menelusuri perkebunan jeruk dan karet milik warga.Tidak sampai 10 menit, kamipun berhasil tiba ditempat yang menurutku sering dilalui oleh petani.Lalu rombongan kuistirahatkan sejenak untuk mengumpulkan tenaga.Beberapa menit kemudian, 3 orang petanipun lewat untuk pulang, kusempatkan untuk bertanya kepada mereka tentang rute yang harus ditempuh dan mengenai tempat sekarang kami berada.Menurut informasi mereka, kami sekarang sudah berada di Dusun Rantau Panjang, untuk melanjutkan perjalanan, cukup mengarah ke barat, kira-kira 2 km lagi maka kami bisa tiba di Dusun Sebatuk, Desa Tebing Batu, batas antara kedua Dusun adalah sebuah sungai kecil, begitu melalui sungai tersebut, akan ada perkebunan sagu, maka tidak jauh dari situ kami bisa tiba di perkampungan.Namun sebelumnya, kami akan melalui jalan setapak yang menghubungkan antara Desa Rantau Panjang dan Desa Perasak.


Mendengar informasi tersebut, kembali bersemangat kami melanjutkan perjalanan yang tidak jauh lagi.Waktu menunjukkan tepat pukul 10.00 WIB.Satu persatu pematang sawah, perkebunan jeruk, dan kebun karet kami lalui, 24 menit kemudian, akhirnya kami tiba di jalan setapak yang menghubungkan Desa Rantau Panjang dan Desa Perasak.Rombonganpun istirahat, sambil mengembalikan tenaga yang terkuras, kuatur strategi perjalanan.Anggotaku kuberi opsi untuk rute berikutnya, yaitu melalui rute perkebunan sesuai informasi petani yang tadi, atau melalui jalan setapak menuju ke Dusun Rantau Panjang, lalui menggunakan jalur transportasi sungai untuk menuju ke Dusun Sebatuk, Desa Tebing Batu Kecamatan Sebawi.

Namun karena masih adanya rute darat yang masih bisa ditempuh, dan kurang efisiennya jika menggunakan jasa transportasi sungai, maka rombongan memutuskan untuk mengikuti rute perkebunan tersebut.Selesai istirahat, kamipun melanjutkan perjalanan kami dengan dimulai dari perkebunan karet sambil menelusuri parit batas tanah milik warga, kira-kira 10 menit kemudian, yaitu pada pukul 10.50 WIB, kami menemukan sungai kecil yang diinformasikan sebelumnya, karena perjalanan yang masih cukup jauh, mereka ku larang untuk berjalan menyeberangi sungai, takut nantinya sepatu mereka basah yang bisa berakibatkan kaki mereka lecet-lecet, harus diusahakan untuk membangun sebuah jembatan darurat yang terdiri dari susunan kayu.Setelah mendapat instruksi dariku, mereka bergerak untuk mengumpulkan kayu yang cukup kuat untuk dipakai menyeberang.Selesai dibangun, kamipun menyeberang memasuki Dusun Sebatuk dan memasuki perkebunan sagu, lalu meneruskan perjalanan hingga menemukan perkebunan karet dan jeruk milik masyarakat setempat.Dirasa sudah mendekati pemukiman kampung, kami istirahat sejenak di muara sungai kecil yang barusan dilewati tadi.Selesai istirahat, perjalanan dilanjutkan kembali, dan akhirnya kami menemukan pemukiman kampung, tepatnya di Dusun Sebatuk, Desa Tebing Batu, Kecamatan Sebawi, dan waktupun menunjukkan pukul 11.38 WIB.


Setelah berhasil menemukan pemukiman, kamipun menelusuri Dusun tersebut dan mencari sebuah warung sebagai tempat istirahat dan sekaligus tempat untuk mandi.Waktu sekarang menunjukkan pukul 11.44 WIB, warung sudah ditemukan, lalu kami istirahat sambil membeli minuman es dan snack, sedangkan yang lain sudah mengganti pakaian mereka untuk mandi ke sungai.Mereka diberi instruksi untuk istirahat selama 1 jam, karena waktu istirahat yang dirasa cukup, akupun tidak mau kalah, ikut-ikutan mandi ke sungai sambil melepas gerah selama perjalanan.


Tanpa terasa waktu terus berputar, sambil bercerita dengan masyarakat setempat tentang kegiatan kami dan tentang Dusun Sebatuk yang terkenal dengan cerita rakyatnya, kamipun bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan kami menuju kota Sebawi yang berada di seberang sungai.Karena di Dusun ini berada salah satu objek sejarah yang berupa kapal tua yang tenggelam karena menabrak batu yang berada didalam sungai sehingga terjadi pendangkalan, maka kami berusaha untuk mencari informasi lengkap tentang keberadaan kapal tersebut.Selesai mendokumentasikan puing-puing kapal tersebut, kami disambut oleh tokoh
masyarakat setempat yang kebetulan rumahnya berada tepat didepan kapal yang tenggelam tersebut.
Bangkai Kapal Sebatuk
Setelah dipersilahkan untuk bertandang kerumahnya, dan disuguhi minuman pelepas dahaga, kamipun mulai bergerilya dengan cerita-cerita yang ingin kami dengar, dimulai dari cerita kapal tenggelam, cerita batu di dalam sungai, hingga kuburan yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat.Menurut mereka, sebagai penduduk asli dari Dusun tersebut, kapal tersebut sudah berada disitu ratusan tahun yang lalu, sebelum pemukiman tersebut terbentuk, dan kerajaan Sambas masih belum membangun benteng pertahanan disepanjang sungai tersebut.Menurut cerita orang tua-tua, bahwa kapal tersebut dimiliki oleh orang Eropa berkebangsaan Spanyol yang melakukan eksplorasi ke pedalaman Kalimantan.Karena tidak mengetahui tentang keberadaan batu di dasar sungai, akhirnya kapal tersebut menabraknya dan pecah, meninggalkan puing yang sekarang bisa dilihat keberadaannya.
Sedangkan menurut dongeng masyarakat setempat, sebenarnya batu tersebut adalah pecahan dari bukit yang dihancurkan oleh penduduk jaman dahulu karena kalah bersaing dalam lomba membuat sebuah gunung.Mengenai kebenaran cerita rakyat tersebut, kita kembalikan lagi kepada nalar logika kita masing-masing.


Kemudian makam yang dianggap keramat tersebut merupakan makam seorang Datuk yang dianggap Sakti oleh masyarakat jaman dahulu dan merupakan penduduk asli dari Dusun Sebatuk.

Selesai mendengar cerita dan informasi tentang kampung ini, kamipun pamitan untuk melanjutkan perjalanan kami, sesuai dengan saran mereka, kami disarankan untuk menghubungi Kepala Dusun Sebatuk lalu mencarter sebuah perahu mesin bangkung untuk diantar ke pasar Sebawi.Sesuai dengan planning perjalanan, kamipun menghubungi Kepala Dusun dan beliau bersedia untuk mengantar kami hingga ke pasar Sebawi.


Waktu sekarang pukul 13.57 WIB, kami mulai naik ke alat transportasi tersebut, dan perlahan mulai meninggalkan lokasi lalu menuju ke pasar kota Sebawi.Sepanjang perjalanan ini, nampak begitu indahnya perkampungan pinggir sungai sepanjang sungai Sambas kecil.Begitu mulai memasuki pasar, nampak perkembangan ekonomi di Kecamatan Sebawi, dimulai dari banyaknya kapal dagang dan penumpang yang bersandar di pinggir sungai hingga pembangunan pasar dan gudang-gudang milik pedagang.Begitu kami sampai ditujuan, kami langsung belanja keperluan penting seperti air mineral, makanan, batere alkaline, dan lain-lain.Sebelumnya aku sudah menghubungi salah satu rekan Pembina untuk bertemu di pasar, karena dia memang berasal dari kota ini.Setelah ketemu, berbincang-bincang tentang kegiatan kami, akhirnya dia memutuskan untuk ikut gabung dalam perjalanan ini.Cukup lama kami istirahat disini, karena kami meminjam perlengkapan untuk masak ke salah satu anggota yang berasal dari kota ini, mengingat sekarang anggota tersebut berada di kota tebas, mau tidak mau kami harus menunggu kedatangannya.Begitu tiba, dan perlengkapanpun sudah dipinjamkan, kamipun memulai perjalanan kembali menuju rute yang sudah ditentukan,yaitu menuju ke Dusun Sebawi B yang keberadaannya diseberang pasar dengan menggunakan jasa transportasi penyeberangan.


Waktu menunjukkan pukul 15.38 WIB, akhirnya kami menginjakan kaki ke tanah seberang kembali, perjalananpun berlanjut, kini sudah mulai enteng karena tinggal menelusuri jalan setapak hingga sampai ke tujuan kami di Dusun Sebataan, Desa Tempatan Kecamatan Sebawi.Namun didalam keentengan itu, rupa-rupanya tidak semudah yang dibayangkan, karena sebagian dari anggota rombongan ada yang mengalami lecet pada kaki, termasuk juga aku sendiri, sehingga tidak dapat dipungkiri lagi, perjalanan menjadi agak lambat.Walau banyak istirahat, tetapi perjalanan tetap berlanjut hingga tanpa terasa sudah mulai masuk di Dusun Sebataan.Disepanjang jalan banyak sekali sayuran midding ( Sejenis sayuran pakis, ciri khas Kalimantan ), tidak ingin kehilangan kesempatan, rombongan kuinstruksikan untuk memetik sebanyak-banyaknya untuk sayuran makan malam nanti.Selesai memetik dan dirasa sudah cukup, kamipun segera melanjutkan perjalanan karena waktu sudah menunjukkan pukul 16.55 WIB.

20 menit kemudian, perlahan tapi pasti, akhirnya kami tiba dipersimpangan yang hendak menuju ke Dusun Sebataan, tinggal 200 m lagi akhirnya sampailah juga di halaman Sekolah Dasar Negeri 7 Sebataan, Desa Tempatan, Kecamatan Sebawi, sebagai tempat Rest Point kedua kami tepat pada pukul 17.24 WIB.


Segera aku dan rekanku meminta izin tentang keberadaan kami, dimulai dari RT setempat, lalu menuju ke rumah Kepala Desa, dan Kepala Sekolah, namun karena rumah Kepala Sekolah berada jauh dari kampung ini, jadi kami berinisiatif memohon izin kepada Kepala Desa saja.Setelah mendapat izin, kamipun segera mendirikan tenda dan mempersiapkan keperluan lainnya seperti tungku, kayu bakar, air bersih, belanja keperluan dapur dan informasi lainnya sebagai sarana pendukung kegiatan kami.
Pukul 17.41 WIB pekerjaan pendirian tendapun dimulai, namun satu hal yang menjadi ganjalan dihatiku, perasaanku sudah mulai tidak enak begitu aku memulai survey lingkungan Sekolah, dibelakang sisi kiri kompleks sekolah terdapat pemakaman muslim dan dibelakang sisi kanan merupakan areal tanaman sagu yang tidak terawat, mudah-mudahan saja perasaan tidak enak ini tidak menimbulkan akibat yang fatal, karena begitu adzan Magrib berkumandang, anggotaku masih berada di pemakaman muslim untuk mencari kayu bakar, sedangkan menurut kepercayaan orang pada umumnya, tidak diperbolehkan berada di hutan atau semak jika adzan Magrib berkumandang.Untung anggotaku mengerti dan paham dengan kondisi yang kurasakan, lalu sesegera mungkin mereka menyelesaikan pekerjaan mereka disitu.

Selesai semua pekerjaan, sebagian dari mereka istirahat sambil baring-baring, sebagian ke Masjid untuk Sholat dan sebagian lagi membantu masak untuk keperluan makan malam nanti.Setelah lama menunggu, akhirnya masakan sudah selesai, dan hidanganpun disiapkan diatas gelar tikar, sambil menunggu anggota yang lainnya berkumpul, kami sempatkan bercerita tentang perjalanan hari ini, melalui rintangan dan halangan hingga sampai ke tujuan kami malam ini.

Setelah terkumpul semuanya, yaitu pada pukul 19.35 WIB, kami mulai menyantap makan malam kami bersama-sama, sambil diisi canda tawa dan cerita lucu dari rekanku, kami sudahi makan malam dengan berbenah dari sisa-sisa kami makan dan memulai untuk ke sungai, mandi.Sungai yang kami tuju sekarang adalah Sungai Sambas Besar, dan bukan sekedar nama, sungai ini benar-benar besar, sehingga membuat nyali kami kecil untuk hanya sekedar mandi, apalagi kalau terjun, aduh!!??, ngga kebayang deh!!
Untung kami sempat meminjam ember dari warga setempat, kalau tidak, mungkin sebagian anggotaku ngga bakalan berani untukturun ke sungai dan mandi, sedangkan aku dan rekanku saja yang termasuk bernyali sempat kaget, penyebabnya cukup sepele!!

Kalau aku sendiri kaget karena air yang kusiramkan kekakiku menimbulkan suara percikan yang cukup kuat, karena posisikuagak tinggi dari permukaan air, sempat aku melompat naik kembali keatas dan mengambil lampu senter, kukira ntah buaya atau ikan besar, terang saja aku ketakutan!!
Sedangkan begitu aku selesai mandi, kini giliran rekanku yang turun mandi ke permukaan sungai, begitu menginjakkan kaki pada tapakan tangga yang tersedia, dia mengambil air untuk mandi, namun disetiap waktu dia mengambil air, gentong airnya menyentuh "sesuatu"!!!!
Sontak saja dia kaget, dan melompat naik kembali mengambil lampu senter, setelah diselidikinya, ternyata "sesuatu" itu hanyalah tapakan tangga yang terendam dibawah permukaan air, sontak saja kami semua tertawa terbahak-bahak atas kekonyolan kami.
Untuk anggota yang lain, mereka mandi dari atas, menggunakan ember bertali untuk mengambil air sungai.Begitu selesai semuanya, kamipun pulang kembali ke lokasi perkemahan untuk istirahat yang cukup buat perjalanan keesokan harinya.

Begitu pulang ke lokasi perkemahan, kami sudah mulai mengurangi aktifitas, hanya sekedar baring-baring di halaman terbuka sambil mengamati cerahnya langit dan indahnya bintang yang bertaburan diangkasa serta lintasan galaksi Bima Sakti yang menghampar memanjang di jagat raya disertai hangatnya api unggun yang kami buat sebagai teman pengusir dinginnya malam.

Namun, ketenangan malam itu tidak seindah gambaran keindahan malam yang kami nikmati, karena kecurigaanku terhadap rumah dinas sekolah yang ditinggal kosong tersebut, sudah mulai menampakkan aktifitas yang kurang mengenakkan.Ditambah lagi suasana kampung yang sunyi sepi seolah-olah memberikan pesan untuk hati-hati malam ini.Namun dengan mudah kutepis anggapan itu, karena kupikir aktifitas yang banyak tersebut sudah umum dan biasa terjadi disetiap perkemahan tidak kira dimanapun kami melaksanakannya, jadi menurutku hal tersebut merupakan lumrah disetiap perkemahan.Kebetulan waktu masih menunjukkan pukul 23.00 WIB, jadi tidak masalah, walau ada sebagian anggota yang sudah mulai curiga dan gelisah dengan suasana malam itu, asalkan aku tenang, mereka pasti tenang.

Begitu waktu menunjukkan pukul 23.15 WIB, rekanku dan salah satu anggota senior baru saja pulang dari rumah salah satu warga yang kebetulan teman rekanku dan berprofesi sebagai guru disekolah tersebut.Mereka mendapat cerita yang kurang enak akan keberadaan rumah dinas sekolah itu, karena menurut penuturan mereka, yang pernah tinggal di rumah dinas tersebut, mereka sering diganggu oleh hal-hal yang ghaib, karena tidak tahan, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah dan mendirikan rumah di lokasi yang tidak jauh dari sekolah itu, sehingga sekarang tidak ada yang berani untuk menginap dirumah tersebut.

Pernah satu kali, tidak lama sebelum kami menginap disitu, ada pekerja bangunan yang bekerja membangun lapangan Volly sekolah dan menginap disitu, namun tidak tahan dan berhamburan keluar karena diganggu oleh makhluk ghaib ditengah malam buta.Hingga sekarang rumah dinas tersebut dipercayai masih "berpenunggu".

Mendapat informasi itu, kewaspadaan kutingkatkan, anggotaku kusarankan untuk tidur secepatnya, sedangkan aktifitas "ghaib" tersebut sudah mulai meningkat drastis.Lalu 2 orang anggota putri ingin ke WC, kuizinkan mereka pergi berdua, tetapi tidak sampai 1 menit mereka sudah kembali lagi karena ketakutan, lalu aku bangkit berdiri untuk menemankan mereka.Dalam perjalanan itu memang suasananya sudah berubah drastis, tetapi masih aku lanjutkan, begitu sampai di WC,"Lho koq tertutup!!..
Padahal tadi sore sudah ku periksa dan terbuka pintunya, ada apa ini!!!????..... "

Kucoba untuk membuka paksa kuncinya namun dilarang oleh bisikan yang biasa mengikutiku, drastis aku disuruh kembali ketenda dan segera tidur, jelas saja aku ketakutan dengan isi bisikan itu, dan benar saja begitu kami hendak pulang, aku sempat menoleh kebelakang rumah dinas tersebut, dan aku tertegun, wajahku pucat, nafasku keras, langkahku cepat dan segera meninggalkan tempat itu dan menuju ke tenda.Aku berusaha tenang, segera berbaring di gelar tikar, dan kedua anggota putriku sudah masuk ke dalam tenda, mungkin mereka tidak tahu apa yang terjadi, ataupun sebaliknya, tapi aku malas untuk membahasnya dan bertanya, takut mereka malah ikut-ikutan takut.

Sambil berbaring dan menenangkan pikiran, kupikirkan kembali kejadian yang barusan kualami, ada apa gerangan, kenapa "mereka" sangat banyak sekali malam ini, malah sebagian dari mereka adalah dari golongan yang cukup "kuat!!", dan jarang sekali muncul dikeramaian seperti ini.Kutatap jam di HPku, rupa-rupanya sudah mulai masuk pukul 24.02 WIB, tidak lama setelah aku melihat waktu, terdengar bisikan untuk segera masuk ke tenda karena aktifitas tersebut sudah diluar batas kemampuan untuk dijaga, segera aku perintahkan anggotaku untuk menarik tikar masuk kedalam tenda, menyuruh mereka segera tidur, walaupun tidak mengantuk.

Rupa-rupanya rekanku sudah mengetahui bahwa tidak jauh dari sekolah, ada warga yang sedang sakit keras dan sedang Nazak!!!???
Oh,.... rupa-rupanya hal tersebutlah yang membuat "mereka" ramai sekali, dan juga membuat "golongan kuat" itu datang untuk menyesatkan roh yang ingin lepas dari jasad orang yang sedang Nazak.Aku benar-benar takut, dan mulai gelisah, rupa-rupanya keadaanku ini diketahui oleh sebagian anggotaku, dan spontan saja membuat mereka ketakutan.Aku berusaha untuk menenangkan pikiranku dengan mendengarkan lagu-lagu dari HPku, sambil ikut bernyanyi mengikuti irama musik dan lirik lagu tersebut.Upaya tersebut ternyata berhasil, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terulang kembali jika mentalku kalah.

Aku berhasil terlelap dalam mimpiku, tanpa terasa pagi sudah menyapa, tetapi tidak bagi anggota dan rekanku, mereka kebanyakan tidak tenang dan tidak bisa tidur nyenyak, sebentar-sebentar terbangun, takut-takut ada gangguan.Karena berdasarkan penuturan mereka sendiri, tenda sepertinya sudah dikelilingi oleh ratusan orang, suara anjing bersaut-sautan melolong dimalam hari seperti menyambut kedatangan sesuatu.Dan saking takutnya, mereka tidur saling berdempet-dempetan.Kejadian itu diperkirakan mereka sekitar pukul 03.00 WIB subuh, kemudian pada pukul 04.00 WIB, terdengar teriakan dan tangisan yang disebabkan oleh meninggalnya warga yang sedang sakit keras itu !!!!......

Pagi menyapa, nampak jelas raut wajah kelelahan dari rekanku, seolah-olah tidak tidur semalaman, begitu ditanya, dan benar saja, dia benar-benar tidak bisa tidur dengan gangguan-gangguan tersebut, dengan sebuah parang didekat pembaringannya dia berjaga-jaga takut ada gangguan dari orang, anjing atau sesuatu.Sungguh suatu malam yang panjang dan cukup melelahkan bagi kami semuanya, semoga dapat menjadi pembelajaran kedepan untuk lebih mewaspadai hal-hal yang tidak diinginkan.

Aktifitas dipagi hari dimulai, dan kebanyakan dari mereka berbenah diri.Beberapa orang masak air untuk minuman pagi, beberapa ke sungai, sedangkan aku sendiri dan seorang anggota putri berbelanja keperluan dapur di warung terdekat.Selesai berbelanja, kemudian kesibukan didapurpun dimulai.Karena ada orang meninggal, aku dan rekanku pergi melayat kerumah duka untuk mengucapkan takziah.
Selesai urusan dapur, kembali berbenah-benah perlengkapan dapur dan tenda, siap-siap untuk dibongkar, begitu selesai berkemas, kini giliran kami menunggu putri selesai mandi, cukup lama memang, dapat dimaklumi, tetapi begitu dilihat waktu, ternyata sudah mendekati pukul 11.00 WIB, dengan sedikit bergegas, mereka dikomandoi untuk cepat-cepat bergerak.


Tepat pukul 11.05 WIB, rombongan kembali melanjutkan perjalanan, kali ini perjalanan sudah mudah, karena tinggal mengikuti jalan setapak penghubung antar Dusun dan Desa yang ada.Yang menjadi kendala cuma satu, keberangkatan kami disertai oleh teriknya panas mentari, dapat dibayangkan betapa panasnya dan jauhnya perjalanan yang kami tempuh, asal memiliki kesempatan untuk istirahat, anggota ku suruh berhenti istirahat, kemudian dilanjutkan kembali sambil menyapa setiap masyarakat yang ada dan bercanda disepanjang perjalanan kami.Tanpa terasa, dari Dusun ke Dusun terlewati, Desa ke Desa terlalui, akhirnya sekarang sudah masuk ke Kecamatan Sambas, tepatnya di Dusun Perasak, diperkirakan perjalanan sudah tidak jauh lagi, sambil istirahat dan mengumpulkan tenaga, diperkirakan perjalanan tinggal 7 km lagi untuk menuju ke rest point ketiga di Dusun Segarau, Desa Gapura Kecamatan Sambas.

Tanpa membuang-buang waktu, kami lanjutkan perjalanan ini untuk menuju tujuan kami di Rest Point ketiga.Begitu sudah masuk Dusun Sui Puguk, aku bertemu dengan seorang teman sekampung yang kebetulan rumah istrinya berada di Dusun Segarau, setelah menjelaskan maksud kegiatan kami, akhirnya aku diajaknya naik motor untuk minta izin kepada Kades, Kadus dan Ketua RT tempat rencana kami menginap malam ini.Begitu tiba di rumah Kades, kuhaturkan maksud dari kedatanganku, dan begitu memperoleh izin, kembali kami menuju ke rumah Kadus untuk memperoleh izin, belum sempat kami bergerak, rupa-rupanya rombonganku sudah tiba, mereka istirahat, sedangkan aku masih harus menuju ke rumah Kadus untuk meminta izin, begitu sampai dirumah Kadus dan memperoleh izin, aku sendirian kembali menemui anggotaku kemudian mengarahkan mereka untuk menitip barang yang dirasa kurang
perlu dibawa ke tempat Keramat Burung telaga air asin yang berada tidak jauh dari lokasi Rest Point.Lalu aku kembali bertemu dengan Ketua RT dan meminta izin, begitu disetujui, sekalian menitipkan barang-barang yang ingin ditinggal dirumah Ketua RT.

Disinilah kami juga berpisah dengan 2 orang anggota putra kami karena ada keperluan mendesak keesokan harinya di Pontianak, dengan sedikit berlari mereka menuju kearah Desa Kartiasa yang diperkirakan masih 4 km jaraknya.Sedangkan kami melanjutkan perjalanan kami menuju Keramat Burung Telaga air asin yang diperkirakan sekitar 700 m dari lokasi kami.Begitu menemui Juru Kunci, kami dipersilahkan untuk masuk menuju kelokasi Keramat Burung.Begitu menelusuri areal perkebunan karet tersebut, sekitar 300 m akhirnya kami bisa menyaksikan sendiri Keramat Burung Telaga air asin.
Disini kembali aku mengalami hal-hal aneh, padahal aku pribadi tidak percaya akan mitos dan takhyul yang biasa berkembang di kehidupan masyarakat.
Kamera Digital yang kupakai tidak mau berfungsi, begitu dinyalakan, pasti mati, berkali-kali kucoba untuk menyalakannya tetapi tidak berhasil.Aku merasa heran karena batere alkaline yang kupakai masih baru, dan dibeli di pasar Sebawi kemarin, kucoba membongkar kembali batere lalu memasukkannya kembali, tetapi tetap saja tidak mau nyala.Lalu kuputuskan untuk mengambil batere alkaline bekas yang sudah kosong dan habis voltasenya sebanyak 2 buah untuk dimasukkan menggandeng batere yang baru 2 buah.Kemudian Juru Kunci memberi pesan biasanya tempat ini tidak bisa difoto, kalau bisapun kadang hasilnya tidak sesuai yg diharapkan alias gagal, terkecuali jika kita benar-benar dengan ikhlas dan berniat baik terhadap tempat ini, mungkin kita diizinkannya.Karena niatku untuk mempublikasikan tempat ini ke serata dunia melalui Websiteku, sehingga tempat ini bisa berkembang menjadi tempat wisata sejarah yang pastinya akan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dan membuat tempat ini terawat dan terjaga, dan begitu kunyalakan kembali Kameraku, ternyata berhasil menyala normal bahkan bisa mengambil gambar yang cukup banyak, berikut hasilnya:

Rombongan beserta juru kunci

Wide View

Close View

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi, Wallahualam........

Untuk cerita lengkap tentang asal usul tempat ini, klik saja disini.


Selesai berziarah, kamipun segera pulang ke lokasi perkemahan sambil mengumpulkan kayu api untuk masak nantinya.Begitu sampai dilokasi Rest Point, tenda segera didirikan, tungku untuk masak dibuat, kemudian aku dan seorang anggota putri berbelanja keperluan dapur diwarung terdekat.Selesai berbelanja, kemudian kami kembali berbenah, anggota putri memasak, putra keperluan tenda, dan juga mengambil air bersih, semua dilalui sebagai rutinitas tetap didalam setiap perkemahan.


Waktu menunjukkan pukul 17.47 WIB, suara adzhan berkumandang, siang beralih malam, beberapa anggota berbenah diri dan sebagian ke masjid.Dalam waktu senggang tersebut, kusempatkan untuk mandi ke sungai bersama rekanku, karena tubuh ini serasa gerah sekali, selesai mandi, baru terasa segar dan enak, begitu tiba di tenda, masakan sudah selesai, seluruh anggota dikumpulkan untuk makan malam secara bersama.Begitulah selanjutnya hingga malam semakin larut dan masing-masing istirahat untuk persiapan besok pagi pulang ke Sambas.Dimasa luang sambil menunggu kantuk tiba, kami bercerita sambil tukar-tukar ide dan gagasan tentang Saka Bakti Husada kedepannya.


Ayam berkokok, pagipun menyapa, tidak terasa sudah masuk hari keempat dalam kegiatan kami, dan kali ini kami akan pulang menuju kota sambas.Hari khamis tanggal 16 Juli 2009 kami meninggalkan Rest Point kami dan segera menuju rute baru ke kota Sambas.Waktu menunjukkan pukul 07.39 WIB, semua sudah berbenah, termasuk tenda dan perlengkapan dapur sudah dikemas.Perlahan tapi pasti kami menelusuri jalan perkebunan karet milik warga, lumayan jauh juga jarak tempuhnya, diperkirakan sekitar 4 km baru berhasil menemukan jalan raya, begitu sampai dijalan raya, kami langsung menuju kearah jembatan Rambi, lalu turun kebawah dan kembali memutar menuju tempat finish di Dusun Sunsung, dibawah teriknya panas matahari, waktu menunjukkan pukul 11.13 WIB, begitu memasuki Dusun Sunsung, kegembiraan menghiasi wajah lusuh kami, dengan sedikit berlari kami bergegas mencapai finish, tepat pukul 11.35 WIB.



End Of Story



Extended True Story:

Cerita berikut merupakan tambahan, karena baru diketahui sehari setelah kami pulang dari kegiatan Travel Surviving.Kejadiannya sendiri dimulai di areal Keramat Burung, karena tempat tersebut dikeramatkan, maka sesiapa saja yang berkunjung kesana harus dalam keadaan bersih, namun 2 orang anggota putri masih dalam keadaan kotor, dan aku sebagai ketua rombongan
tidak mengetahuinya sama sekali.
Ketika kami berziarah, salah satu anggota putra angkatan 14 tertabrak "sesuatu", dan berdasarkan cerita dari rekanku, kalau dia pernah sakit gara-gara hal semacam itu.Setelah ditabrak, ternyata "sesuatu" itu tidak mau pergi, dan mengikutinya terus, sambil marah-marah memberitahu kalau 2 orang teman putri kami sedang kotor, dia merasa sangat bersalah, yang pastinya merasa terbebani mentalnya dengan kejadian tersebut.
Semenjak kejadian itu, dia berubah menjadi sangat pendiam dan murung, walau masih mau beraktifitas, tetapi jelas nampak diwajahnya kegelisahan yang tidak dapat kami mengerti.
Beberapa temannya sudah berusaha ingin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, tetapi tetap saja kata diam seribu bahasa yang mereka dapat.

Begitu malam semakin larut, disitu aku sudah merasa kurang enak dengan ramainya kerumunan aktifitas ghaib disekitar kami.Kebetulan dia tidur berdekatan denganku, sama-sama dipinggir, nampak dengan jelas kegelisahannya, sepertinya dia mengalami mimpi buruk.Hal tersebut membuatku iba, namun aku tidak bisa berbuat banyak, paling tidak cuma satu yang bisa kuperbuat, yaitu berjaga-jaga sepanjang malam semampuku, sehingga aku kecapean dan tertidur.Ingin rasanya aku berkomunikasi dengan "mereka", tetapi apa boleh buat, itu diluar dari kemampuanku sebagai seorang manusia.Jadi yang bisa kulakukan hanyalah menjaganya sambil memperhatikan gerak-gerik "mereka", jangan sampai mengganggu kelewat batas.

Keesokan paginya, akhirnya dia mau juga buka cerita kepada rekanku:"Long, aku ndak nyaman tok, mane kenak ikutek tok be oleh orang dari telage, die marah-marah barang biak e ngotorek tampatnye."
Kemudian rekanku menasihati bahwa hal itu jangan dipikirkan lagi, karena kita akan pulang, setelah itu dia terdiam kembali.Begitu sampai ditempat finish, dia bergegas ingin segera pulang, hal tersebut membuatku curiga kembali, kenapa dia seperti ketakutan begitu!!!

Kemudian pada hari jumat, 17 Juli 2009, pukul 18.32 WIB rekanku datang kerumah memberitahukan perihal anggotaku tersebut, dia belum sama sekali melihatnya keluar rumah, padahal biasanya dia pasti ada keluar main atau hal apapun.Mendengar hal tersebut, kuatur siasat, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kukumpulkan anggotaku semua yang ikut Travel Surviving di Kantin M'Bargo Sabbok, setelah terkumpul, kuceritakan inti permasalahannya kepada mereka, dan semua memahami apa yang sebenarnya terjadi.Salah satu putri yang kemarin bermasalah juga ikut datang.Kami atur rencana untuk kumpul kembali,
kebetulan rekanku menikah hari minggu, jadi hari ini ( sabtu ), kami berencana untuk bantu-bantu dirumah rekanku.

Kemudian salah satu anggota yang akrab dengan dia disuruh untuk menghubunginya via pesan singkat, tetapi tidak dibalasnya.Lalu ditelpon, tetapi diangkat oleh temannya yang kebetulan membawa HP tersebut kepasar, setelah ditunggu, ternyata tidak ada respon sama sekali, malahan nomor HPnya tidak aktif, dimatikan.

Waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, anggota putri ingin pamitan pulang latihan silat, setelah diizinkan, diapun berangkat.Sambil menunggu berita dari anggota itu, kemudian anggota putri itu datang kembali.Dengan maksud untuk bercanda, diatur cerita seolah-olah orang tua anggota yang sakit itu memberitahukan keadaan anaknya yang sakit.
Begitu anggota putri itu duduk, salah satu anggota yang akrab dengan dia disuruh bercerita, namun diluar dugaan kami sama sekali, apa yang diceritakannya seolah-olah menyalahkan anggota putri itu, malahan marah-marah menunjuk anggota putri itu, sontak saja anggota putri itu tertegun dan merasa bersalah.

Hal ini sudah kelewat batas, harus dihentikan, lalu kubentak anggota itu untuk diam, dan dia terdiam.Satu lagi masalah muncul, sekarang malahan semakin ramai dari "mereka" datang mendekat, kucoba cari permasalahannya, tapi tidak bisa.
sekarang malah "mereka" berusaha masuk ketubuh anggota putri itu, kucoba untuk mengusir, tetapi tidak bisa, terlalu ramai, kucoba memecahkan kekosongan pikirannya, lalu fokus terhadap pembicaraanku, jangan perduli dengan ajakan-ajakan "mereka".

Setelah mulai agak tenang, ku ajak kesemuanya untuk bubar dan mengantar anggota putri pulang kerumahnya.Setelah diantar pulang, kemudian aku bicara kembali dengan anggota putra yang ngomong tadi, setelah kutanya apa alasannya dia ngomong seperti itu, dijawabnya dia tidak tau dan tidak sadar sama sekali.Berarti tadi yang bicara bukan kamu ya!!!, bukan kak!!???

Jelas saja aku heran, karena anggota ini termasuk slengek'an kalau berbicara, tidak mungkin dia bisa bicara setepat dan sebagus itu, diluar kemampuan dialah pastinya.

Kusarankan dia untuk segera pulang dan minta pertolongan kepada kakeknya yang kebetulan seorang sesepuh Pramuka dan seorang Paranormal.Kemudian aku bertemu dengan anggota senior lainnya, dia tidak tau masalah yang terjadi, setelah kujelaskan, akhirnya dia paham.Lalu kutelpon anggota yang akrab dengan anggota putri itu menanyakan kabarnya, ternyata menurutnya dia sudah bukan dia lagi.

Lalu kusuruh datang ke pasar untuk membahasnya lebih lanjut.Ketika ditelpon, yang berbicara sepertinya bukan dia, suaranya berubah, nada bicara kasar sekali.Lalu kami tulis pesan singkat, dan ternyata benar saja dugaanku, dia sudah dirasuki, walaupun belum sepenuhnya.Setiap pesan yang kami kirim dibalasnya dengan cacian dan makian, meyuruh kami untuk tidak ikut campur.
Kemudian aku berkonsultasi lagi dengan anggota yang kakeknya Paranormal, menurutnya kalau anggota putri itu sudah di beri pagar ghaib, kemudian kujelaskan kalau situasinya sudah kacau betul, dia sudah dirasuki sepenuhnya.Terus apakah bisa kakeknya diajak kalau masalahnya semakin besar, menurutnya pasti bisa.

Kemudian kembali ke anggota putri itu, dari caci maki yang dibalasnya, akhirnya aku mencoba sms untuk mencoba kesadarannya, dan syukur Alhamdulillah, dia sudah tersadar dan bisa smsan dengan kami.Akhirnya aku bisa bernafas lega, semoga saja hal ini tidak menjadi parah.Untuk sekarang, anggota putri itu sudah sembuh, tanpa ada gangguan yang berarti, tetapi tidak tau dengan anggota putra satunya tadi, bagaimana kabarnya, melalui pesan singkat yang terakhir diterima, kalau dia sedang sakit demam, semoga saja demam biasa, karena kami takut berdasarkan penuturan dari "mereka" melalui anggotaku tadi akan menyakitinya kembali.



This entry was posted on Sunday, July 19, 2009 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

9 comments:

    ocon said...

    yang saye suke jak d bagian yg antol yg banyak ghaib2 ny ye serem bok.....

  1. ... on July 21, 2009 at 11:18 PM  
  2. Anonymous said...

    iddi lah kitta' e...nak paggi daan bepadah, datang daan salamo'lekom n mbawa oleh2...balik pun daan bepadah n salamo'lekom.....mane lah urrangnye nak marah..

  3. ... on July 25, 2009 at 10:39 AM  
  4. Andi said...

    Aku suah paggi ke telage aek masin yg di tanggah2 kabbon gattah to'. Kame hamper2 sassat.
    Begitu tiba di lokasi,rasenye memang terasa ade something di sito'.

  5. ... on July 26, 2009 at 6:14 AM  
  6. Donny Ardalando said...

    @ HeriSapta:
    He,he,he....Pasti semua orang suka dgn hal-hal yang berbau ghaib, karena dunia tersebut tidak tersentuh oleh kita....

  7. ... on July 26, 2009 at 7:58 AM  
  8. Donny Ardalando said...

    @ Anonymous:
    Macam tau aja apa pikiran "mereka"!!???
    Emangnya situ berasal dari sana ya!!!??? He,he,he....

  9. ... on July 26, 2009 at 8:01 AM  
  10. Donny Ardalando said...

    @ Andi:
    Memang benar bang, kalau ditempat itu benar2 terasa suasana mistisnya....
    apalagi ada salah satu anggota saya yang sakit perut, begitu minum airnya, drastis sembuh!!!

  11. ... on July 26, 2009 at 8:04 AM  
  12. R_zka said...

    PrjalAnan y9 mnyenN9kan.. smARI bhe ban9 donn.. sampaidah Ngakkal-ngAkkAL nYeritekannYe.. suke inyan dihh ye..

  13. ... on July 27, 2009 at 1:02 AM  
  14. Donny Ardalando said...

    @R_zka:
    Ape be maksud dari tulisanmu ye, ndak ngerti saye, apalagi pembaca lain, pasti bingung, gunakanlah bahasa yang mudah dipahami semua umur!!!!

    he,he,he,he.....;D

  15. ... on July 27, 2009 at 1:24 AM  
  16. Unknown said...

    salok nak menjelajah agek ..

  17. ... on December 27, 2012 at 9:16 PM